Nasib Petani di Lampung Selatan Merana: Bulog Terlambat Bayar Gabah, Petani Gigit Jari
- Lampung.viva
Lampung Selatan, Lampung – Petani di wilayah Lampung Selatan tengah mengalami masa sulit. Harapan akan hasil panen yang bisa menopang kehidupan justru berubah menjadi kekecewaan mendalam.
Hal ini disebabkan oleh keterlambatan pembayaran pembelian gabah oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) Kalianda, yang seharusnya menjadi tulang punggung dalam penyerapan hasil pertanian.
Meski para petani telah berupaya semaksimal mungkin, termasuk bekerja sama dengan agen-agen yang berasal dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), nasib baik belum berpihak.
Bukannya memberikan kelegaan, Bulog malah membeli gabah di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kilogram.
Tak hanya itu, beban petani bertambah lantaran mereka juga harus menanggung biaya muat gabah yang dikenakan oleh agen Bulog.
Praktik ini tentu membuat para petani kian terjepit dalam tekanan ekonomi, terutama di tengah anjloknya harga gabah di pasaran.
Agen Bulog Ikut Merana
Kondisi ini juga turut dirasakan oleh agen-agen Bulog. Salah satu agen di wilayah Kecamatan Palas menyampaikan bahwa hingga kini pembayaran dari Bulog belum juga diterima. Padahal, gabah sudah dibongkar sejak 27 Maret lalu di pabrik maklon Autum, Desa Sukaraja.
"Iya, pusing saya. Bongkar 27 Maret lalu. Tapi sampai sekarang uangnya belum dibayar," keluhnya pada Senin (14/4/25).
Hal senada juga disampaikan oleh narasumber lainnya. Ia menjelaskan bahwa meskipun dalam kondisi normal pembayaran dilakukan paling cepat tiga hari setelah penimbangan, kini proses tersebut menjadi semakin lambat.
Tak hanya itu, proses bongkar muatan di gudang atau pabrik maklon pun menjadi keluhan tersendiri.
"Masalah lain juga datang dari lambannya bongkar muatan di gudang atau pabrik maklon. Kadang kita disuruh kirim ke Candipuro, padahal di sana penuh pabriknya. Bongkarnya lama, sudah dua hari ini gabah belum dibongkar. Kami yang dikejar-kejar petani," ujarnya.
Bulog Bungkam, Kejari Turun Tangan
Sementara polemik ini terus bergulir, Kepala Cabang Bulog Kalianda, Nurmulyati Syahroni, hingga kini belum bisa dihubungi. Pihaknya juga belum memberikan pernyataan resmi atas keterlambatan pembayaran dan penyerapan gabah di wilayah tersebut.
Ironisnya, sebelumnya Kejaksaan Negeri (Kejari) Lampung Selatan telah memanggil Nurmulyati Syahroni pada Senin (24/3/2025). Pemanggilan tersebut menimbulkan tanda tanya di kalangan masyarakat, apakah ada indikasi masalah yang lebih serius terkait tata kelola penyerapan gabah oleh Bulog di Lampung Selatan.
Harapan Petani: Tegas dan Adil
Di tengah merosotnya harga gabah dan lambannya proses pembayaran, para petani hanya berharap agar pemerintah turun tangan lebih tegas. Mereka menuntut agar Bulog tidak hanya hadir sebagai simbol, tapi juga sebagai solusi nyata dalam menjamin kesejahteraan petani di daerah.
Jika tidak, bukan tak mungkin kepercayaan petani terhadap lembaga negara ini akan runtuh. Di saat keringat belum kering, mereka dipaksa gigit jari, menanti hak yang tak kunjung dibayar.(Dji)