Gelar Seminar Philosophy, UIN Lampung Hadirkan Penulis Buku Tuhan Kita Sama Ken Setiawan

Mahasiswa UIN dapat "Buku Tuhan Kita Sama", Ken Setiawan.
Sumber :
  • Istimewa

Bandar Lampung, Lampung – Himpunan Mahasiswa Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Raden Intan Lampung sukses menggelar seminar bertajuk "Kaleidoskop Teknologi dan Identitas, Tafakur Moralitas dan Nasionalisme di Era Globalisasi", pada Kamis, (23/1/2025). 

Berikut Identitas Mayat Yang Ditemukan Warga Disungai

 

Seminar yang berlangsung di Gedung Serbaguna (GSG) Syariah UIN Raden Intan Lampung ini mengundang peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pelajar SMA dan SMK se-Bandar Lampung.

3.563 Mahasiswa KKN Itera Siap Bawa Perubahan di Desa-desa Lampung

 

Seminar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam ini menghadirkan pembicara inspiratif, yaitu Ken Setiawan, pendiri NII Crisis Center dan penulis buku “Tuhan Kita Sama”. Selain itu, dua dosen UIN Lampung, Prof. Dr. Ahmad Isnaeni S.Ag.,M.A dan Agung M. Iqbal, M.Ag, juga turut berbagi pandangan.

Seruan Tolak Kenaikan PPN 12 Persen Digaungkan Mahasiswa di Lampung

 

Menurut Ketua pelaksana Bagus Kasbowo, seminar ini hadir sebagai upaya menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Era globalisasi telah membawa teknologi ke tengah kehidupan kita, membentuk identitas individu dan bangsa sekaligus menggoyahkan nilai-nilai moralitas dan nasionalisme yang kita anut.

 

"Era globalisasi telah membawa kemajuan teknologi yang membentuk identitas individu dan bangsa, namun pada saat yang sama juga menggoyahkan nilai-nilai moralitas dan nasionalisme. Oleh karena itu, seminar ini hadir untuk mengajak kita menciptakan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai luhur dalam membangun masa depan bangsa," ungkap Bagus.

 

Bagus mengajak kita bersama-sama menciptakan masa depan yang seimbang antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai luhur, untuk menjawab tantangan moral dan identitas bangsa di era yang penuh dinamika ini.

 

Filsafat sebagai Kompas di Era Digital

Dalam paparannya, Ken Setiawan menekankan pentingnya filsafat sebagai alat untuk memahami kompleksitas dunia yang semakin terhubung oleh teknologi. 

 

"Filsafat mengajak kita untuk berpikir kritis, logis, dan reflektif," ujar Ken Setiawan. 

 

Filsafat perlu diperkenalkan sejak masa sekolah agar para pelajar memulai tumbuh sikap kritis, jadi bukan hanya disampaikan kalangan mahasiswa saja. 

 

"Dalam era digital yang serba cepat, kita perlu memiliki landasan filosofis yang kuat agar tidak terombang-ambing oleh arus informasi."

 

Seminar ini juga membahas tentang perpaduan antara nilai-nilai tradisional dan perkembangan teknologi. Para peserta diajak untuk merefleksikan bagaimana nilai-nilai moral dan nasionalisme dapat tetap relevan di tengah gempuran modernitas.

 

Filsafat Lokal sebagai Identitas

Selain membahas isu-isu global, seminar ini juga menyoroti pentingnya menjaga dan melestarikan nilai-nilai lokal. 

Ken Setiawan mengajak peserta untuk lebih mengenal filsafat lokal, seperti lima falsafah hidup orang Lampung: Pi'il pesenggiri, Nemui nyimah, Sakai sambayan, Nengah nyappur, dan Bejuluk beadek.

 

Pi'il pesenggirifalsafah hidup yang berkaitan dengan prinsip kehormatan. Falsafah ini mengajarkan masyarakat Lampung untuk berperilaku baik, sopan santun, dan tidak mundur dari kekerasan yang menyangkut nama baik. 

 

Nemui nyimah, falsafah hidup yang berkaitan dengan prinsip penghargaan. Falsafah ini mengajarkan masyarakat Lampung untuk bersikap ramah tamah, murah hati, dan sopan santun kepada semua orang. 

Sakai sambayan, falsafah hidup yang berkaitan dengan prinsip kerjasama. Falsafah ini mengajarkan masyarakat Lampung untuk saling tolong-menolong, bahu-membahu, dan gotong-royong. 

Nengah nyappur, falsafah hidup yang berkaitan dengan prinsip persamaan. Falsafah ini mengajarkan masyarakat Lampung untuk berbaur dengan sesama, bersahabat, dan toleran. Walaupun beda suku dan beda agama, tapi persaudaraan tetaplah menjadi hal utama. 

‎Bejuluk beadek, falsafah hidup yang berkaitan dengan prinsip keberhasilan. Falsafah ini mengajarkan masyarakat Lampung untuk mendapatkan juluk beadek atau penghargaan apabila telah mencapai hasil kerja yang maksimal. 

 

Seminar ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam memperkenalkan filsafat kepada masyarakat luas, agar generasi muda tidak hanya terjebak pada perkembangan teknologi, tetapi juga dapat berpikir kritis dan reflektif dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.

 

Di akhir acara, Ken Setiawan memberikan hadiah berupa buku Tuhan Kita Sama kepada 10 peserta terpilih yang aktif bertanya dalam sesi diskusi. Selain itu, ia juga membagikan E-Book gratis kepada seluruh peserta seminar melalui WhatsApp pribadi di nomor 0898-5151-228.

 

Dengan suksesnya seminar ini, diharapkan para peserta dapat lebih mencintai kearifan lokal dan tetap berpikir kritis dalam menghadapi tantangan zaman.(*)