Konflik Manusia dan Harimau Sumatra Kembali Meruncing di Lampung Barat

Jenazah korban saat ditandu warga
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Istimewa

LampungKonflik perebutan ruang hidup antara manusia dan harimau Sumatra kembali mencuat di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Kabupaten Lampung Barat, Lampung. 

Sadis, Kawanan Geng Motor Sikat Motor dan Korban Alami 17 Jahitan

 

Zainuddin alias Pon (28), seorang warga yang berkebun di sekitar area tersebut, ditemukan tewas diduga diterkam harimau, menambah daftar panjang korban konflik ini.

Mobil Pengusaha asal Pringsewu Jadi Korban Pecah Kaca yang Terjadi di Masjid Taqwa Pesawaran

 

Korban terakhir kali terlihat pada Minggu (19/1/2025) saat berpamitan kepada keluarganya untuk pergi ke kebun kopi garapannya. 

Selamat Jalan Adelinsyah 'Motor Vs Mobil'

 

Namun, hingga Selasa (21/1/2025), Zainuddin tak kunjung pulang. Pencarian yang dilakukan oleh kakaknya, Romidin, bersama warga sekitar, menemukan tulang yang diduga bagian tubuh Zainuddin di kebunnya. 

 

Di lokasi, juga ditemukan barang-barang pribadi korban, seperti celana, golok, tas, dan telepon genggam, serta jejak kaki harimau.

 

Pihak Berwenang Ambil Tindakan

 

Dandim 0422 Lampung Barat, Letkol Inf Rinto Wijaya

Photo :
  • Foto Dokumentasi Istimewa

 

Kejadian ini segera dilaporkan kepada pihak kepolisian dan menjadi perhatian serius. Komandan Kodim 0422 Lampung Barat, Letkol Inf Rinto Wijaya, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menangkap dua harimau dan menyerahkan satwa tersebut kepada otoritas terkait. 

 

Namun, untuk harimau ketiga yang diduga masih berada di kawasan tersebut, Rinto memastikan tidak akan dilakukan penangkapan.

 

"Kami mengimbau masyarakat agar tidak memasuki kawasan hutan lindung yang merupakan habitat satwa liar dilindungi. Penangkapan semua harimau justru akan mengganggu keseimbangan ekosistem," jelasnya, dikutip dalam video yang diterima, Senin (26/1/2025).

 

Konflik Dipicu Degradasi Habitat dan Kekurangan Mangsa

 

Rinto menambahkan bahwa konflik ini dipicu oleh aktivitas manusia yang mengurangi ketersediaan mangsa alami harimau di hutan. Perburuan liar dan pembukaan lahan untuk perkebunan di kawasan TNBBS menyebabkan satwa predator ini mendekati wilayah aktivitas manusia.

 

"Masyarakat sering mengambil hewan-hewan yang menjadi mangsa harimau, sehingga satwa ini kesulitan mendapatkan makanan di habitat aslinya," ujarnya.

 

Imbauan dan Langkah Preventif

 

Untuk mencegah terulangnya insiden serupa, Rinto mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan di kawasan konservasi dan menghentikan perburuan liar. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga populasi harimau Sumatra yang kini berada di ambang kepunahan.

 

"Kehadiran harimau sangat penting untuk menjaga ekosistem di hutan lindung. Jika mereka punah, keseimbangan alam di kawasan ini akan rusak," pungkasnya. (*)