Cerita Perjuangan Pedagang Bendera Musiman di Bandar Lampung, Sampai Menginap di Masjid

Salah satu pedagang bendera di Bandar Lampung
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Riduan

Lampung – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Bandar Lampung kembali diramaikan oleh kehadiran pedagang musiman yang menjajakan bendera merah putih dan berbagai pernak-pernik terkait. 

Drama Pencurian Motor di Bandar Lampung, Pelaku Dikenali Korban Hingga Tertangkap Setelah Terjatuh

 

Beroperasi di berbagai lokasi strategis di sepanjang jalanan yang ramai, mereka memanfaatkan momen ini untuk mengais rezeki, meski dihadapkan pada tantangan yang berbeda-beda.

Meriahnya Grebeg Maulid di Bandar Lampung: Saat Ayam dan Elektronik Jadi Hadiah Favorit

 

Abdul Rochman, pedagang bendera asal Bandung, tampak sibuk melayani pelanggan di lapaknya di Jalan Sultan Agung, Way Halim. 

 

Abdul, yang telah berdagang di Bandar Lampung sejak 2008, menjual bendera dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 250.000, tergantung ukurannya. 

 

"Dari hari pertama jualan tahun ini, penjualan bendera cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya," keluh Abdul saat ditemui pada Sabtu (10/8/2024). 

 

Ia juga menjelaskan bahwa bendera-bendera yang dijualnya diproduksi di Garut, dan ia hanya berjualan saat momen kemerdekaan, sementara di hari-hari biasa, ia bekerja sebagai petani di Bandung.

 

Di sisi lain kota, Hendra, seorang pedagang bendera asal Teluk Betung, memilih Jl. Wolter Monginsidi sebagai lokasi berjualannya. 

 

Menurut Hendra, harga bendera yang dijualnya berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 150.000, tergantung ukuran. Namun, seperti Abdul, Hendra juga mengalami penurunan penjualan tahun ini. 

 

"Sejak pagi tadi, hanya dua bendera yang terjual," ungkap Hendra. 

 

Hendra yang sudah berdagang bendera sejak 2012 ini menjahit sendiri bendera-bendera yang dijualnya. 

 

Baginya, lokasi di Jl. Wolter Monginsidi lebih strategis karena ramai kendaraan, berbeda dengan pasar yang biasanya sepi pembeli.

 

Sementara itu, Ali, pedagang asal Garut yang berjualan di Jalam Pramuka, Kecamatan Rajabasa, berbagi kisah perjuangannya mencari nafkah. 

 

Ali mengungkapkan bahwa ia datang ke Lampung dengan menumpang truk pengangkut pisang dari Garut. 

 

Tahun ini, menurutnya, penjualan bendera menurun, salah satunya disebabkan oleh meningkatnya penjualan melalui platform online. 

 

"Hari ini baru dua bendera yang terjual, mungkin karena hujan terus dari pagi," ujarnya. 

 

Ali yang menginap di masjid setempat selama berjualan merasa bersyukur, karena tidak perlu membayar sewa lahan untuk berjualan. 

 

Ia berencana kembali ke Garut sebelum 15 Agustus 2024 setelah mulai berdagang sejak 1 Agustus lalu.

 

Meski situasi tahun ini tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, ketiga pedagang ini tetap gigih berjualan, memanfaatkan momen peringatan kemerdekaan untuk mencari rezeki dan memenuhi kebutuhan keluarga mereka. (*)