Lampung Terancam Krisis Industri? Banyak Perusahaan Tutup dan Relokasi di 2024

Menara Siger Landmark Provinsi Lampung
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Istimewa

Lampung – Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung mengungkapkan tren mengejutkan dalam sektor industri daerah: puluhan perusahaan besar dan sedang telah menutup operasinya sepanjang tahun 2024. 

Swasembada Pangan: Ancaman, Tantangan dan Solusi

 

Berdasarkan laporan Direktori Perusahaan Industri Besar dan Sedang Provinsi Lampung 2024, jumlah perusahaan yang tercatat aktif mengalami penurunan cukup signifikan, dari 420 perusahaan pada tahun 2023 menjadi 392 pada tahun ini.

EPIKS: Inisiatif OJK Tingkatkan Kesejahteraan Ekonomi di Pondok Pesantren, Santri Makin Mandiri

 

Penurunan tajam ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi perekonomian daerah. 

Debat Perdana Cagub Lampung 2024: Adu Gagasan Infrastruktur dan Ekonomi Digelar 13 Oktober

 

Lampung, yang selama ini bergantung pada sektor industri sebagai pilar utama penyerapan tenaga kerja dan penggerak ekonomi, kini harus menghadapi tantangan baru akibat banyaknya perusahaan yang memilih menghentikan operasional atau beralih ke sektor usaha lain.

 

Pemicu Tutupnya Perusahaan: Dari Biaya Tinggi hingga Relokasi Usaha

 

Atas Parlindungan Lubis, Kepala BPS Provinsi Lampung, menjelaskan bahwa penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor. 

 

Di antaranya adalah meningkatnya biaya operasional, ketatnya persaingan, dan tantangan ekonomi yang memengaruhi stabilitas bisnis perusahaan. 

 

“Beberapa perusahaan yang sebelumnya aktif di sektor manufaktur kini telah beralih fungsi, sebagian menjadi pergudangan atau usaha di sektor lain,” kata dia dikutip dalam data yang diterima, Senin (28/10/2024).

 

Selain itu, ada pula perusahaan yang memilih untuk pindah lokasi guna mengurangi beban biaya dan mencari peluang baru di wilayah lain yang dianggap lebih menguntungkan. 

 

Pemindahan lokasi perusahaan ini juga menyebabkan menurunnya kontribusi sektor industri dalam perekonomian Lampung.

 

Dampak Langsung ke Ketenagakerjaan dan Ekonomi Daerah

 

Kondisi ini berdampak langsung terhadap ketenagakerjaan di Provinsi Lampung. Perusahaan yang sebelumnya menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar kini tidak lagi beroperasi, yang berarti sebagian besar pekerja harus mencari peluang baru di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti. 

 

Data BPS menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang aktif kini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun lalu, sehingga berpotensi meningkatkan tingkat pengangguran di wilayah ini.

 

Strategi Pemutakhiran Data dan Inovasi Metode oleh BPS

 

BPS Provinsi Lampung melakukan pemutakhiran data secara rutin untuk memastikan keakuratan direktori perusahaan yang aktif. 

 

Tahun ini, proses pemutakhiran menggunakan metode Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI), menggantikan metode sebelumnya yang berbasis kertas. 

 

Langkah ini diambil untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan dalam pengumpulan data, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih mutakhir.

 

Dalam pemutakhiran data, pengecekan lapangan dilakukan terhadap perusahaan yang masih aktif, perusahaan yang tutup sementara, maupun perusahaan yang berencana beroperasi kembali. 

 

Proses verifikasi ini juga mencakup pengecekan terhadap perusahaan baru yang belum terdaftar dalam direktori sebelumnya.

 

Distribusi Penutupan Perusahaan per Kabupaten/Kota

 

Penurunan jumlah perusahaan industri aktif paling besar terjadi di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan. 

 

Kota Bandar Lampung yang sebelumnya memiliki 114 perusahaan aktif, kini tersisa 100 perusahaan saja. Begitu pula di Kabupaten Lampung Selatan yang mengalami penurunan dari 102 menjadi 95 perusahaan. 

 

Namun, beberapa kabupaten justru menunjukkan tren stabil bahkan mengalami sedikit peningkatan, seperti Kabupaten Pringsewu yang naik dari 8 menjadi 10 perusahaan.

 

Pemulihan Iklim Bisnis: Jalan Panjang bagi Lampung

 

Dengan semakin menurunnya jumlah perusahaan aktif di sektor industri, pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah konkret untuk memulihkan iklim bisnis di Lampung. 

 

Berbagai upaya perlu dilakukan untuk menarik kembali investor, memperkuat sektor industri, dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang tersisa dapat terus bertahan dan berkembang.

 

Kepala BPS Provinsi Lampung berharap publikasi ini dapat menjadi referensi berharga bagi pemerintah, pelaku usaha, dan berbagai pihak terkait untuk menyusun kebijakan strategis yang mampu mendukung pemulihan ekonomi daerah. 

 

“Kami berharap data ini menjadi dasar bagi langkah-langkah yang dapat membangkitkan kembali sektor industri Lampung, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian,” pungkas Atas Parlindungan. (*)