Janji, Sindiran, dan Strategi dalam Debat Dua 'Bunda' Siapa yang Lebih Tepat untuk Bandar Lampung?
- Foto Dokumentasi Riduan
Lampung – Debat publik perdana Pilkada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandar Lampung 2024 memanas di Hotel Emersia, Senin (28/10) malam.
Dua pasangan calon, nomor urut 01 Reihana-Aryodhia Febriansyah SZP dan nomor urut 02 Eva Dwiana-Deddy Amarullah, saling bertukar pandangan tajam, bahkan sindiran, dalam menyampaikan visi dan misi mereka.
Dalam debat yang mengusung tema pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat ini, pasangan Reihana-Aryodhia mengusung visi “Bandar Lampung Maju Berbinar.”
Reihana menekankan konsep smart city dan peningkatan kualitas SDM dengan prioritas pada pendidikan, budaya, dan transparansi pengelolaan APBD.
“Kami ingin Bandar Lampung menjadi kota yang religius dan ramah, di mana anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak,” ungkap Reihana penuh tekad.
Namun, tidak mau kalah, pasangan Eva Dwiana-Deddy Amarullah menyampaikan visi “Sehat, Cerdas, dan Aman,” yang ingin memperkuat program layanan kesehatan dan pendidikan bagi warga.
Eva menegaskan, “Kami sudah memiliki program yang berjalan dan bermanfaat bagi masyarakat. Ke depan, kami akan memperluasnya agar dampaknya lebih dirasakan semua lapisan masyarakat," kata dia.
Debat semakin panas ketika sesi tanya jawab antar-paslon dimulai, dan sindiran pun tak terelakkan.
Eva, petahana yang ingin melanjutkan program-programnya, menantang Reihana soal solusi kemacetan.
Reihana mengusulkan perlunya transportasi publik seperti trem, alih-alih pembangunan flyover yang dianggap hanya memindahkan kemacetan.
“Sebagai kota besar, Bandar Lampung membutuhkan sistem transportasi yang baik, bukan sekadar flyover yang menambah masalah,” sindir Reihana.
Tak tinggal diam, Eva dengan tegas membalas, “Struktur tanah dan jalan di kota ini lebih cocok dengan jembatan layang. Kalau mau lihat hasilnya, coba jalan-jalan ke flyover kami yang sudah berhasil mengurai kemacetan. Jika terpilih kembali, kami akan terus menambah flyover," kata Eva.
Pada sesi terakhir, sorak sorai pendukung masing-masing calon tak terbendung, terutama ketika Reihana menyatakan komitmennya untuk tidak menunda-nunda pembayaran gaji guru.
“Guru adalah fondasi pendidikan, kami pastikan kesejahteraan mereka menjadi prioritas,” ujar Reihana, yang disambut antusias oleh para pendukungnya.
Eva kemudian menegaskan janjinya untuk memperluas program beasiswa hingga 5.000 mahasiswa jika terpilih lagi, tak lupa menekankan keberhasilan program biling bagi pelajar yang sudah berjalan.
Debat perdana ini mencerminkan persaingan ketat antara dua “Bunda” yang berambisi besar untuk membawa perubahan bagi Kota Bandar Lampung.
Saling sindir dan argumen tajam menjadi bumbu dalam acara malam itu, menunjukkan bahwa kursi Wali Kota tak hanya menjadi ajang pencapaian politik, tetapi juga perjuangan untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Satu hal yang jelas, pemirsa melihat dua sosok perempuan yang tangguh dengan visi besar untuk kota ini, membuat Pilwalkot Bandar Lampung 2024 semakin menarik dan penuh persaingan. (*)