IHSG Dibuka Usai Libur Lebaran, Ancaman Tarif Impor AS Bayangi Pasar Saham Indonesia

Grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Sumber :
  • Lampung.viva

Bandar Lampung, Lampung – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali dibuka pada Selasa, 8 April 2025, setelah libur panjang Lebaran. Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan bahwa perdagangan saham dihentikan sementara mulai 31 Maret hingga 7 April 2025. Pekan pertama bulan April ini menjadi momentum yang dinantikan para investor.

Ini Kata RMD Soal Banyak Perusahaan Industri Tutup dan Relokasi di Lampung

Namun, pasar saham global tengah bergejolak, salah satunya dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Kebijakan ini berpotensi berdampak pada ratusan negara, termasuk Indonesia.

Pengamat Ekonomi, Febrian Maulana Putra, S.Akun., M.E., menyatakan bahwa bursa saham dunia mengalami gejolak dengan beberapa di antaranya berada di zona merah. Meskipun IHSG masih berada di zona hijau selama periode libur Lebaran, ia memperkirakan bahwa pembukaan IHSG pada 8 April 2025 akan membawa dampak serius bagi pasar saham Indonesia.

Dari Lahan Sawit hingga Agrowisata: Inovasi PTPN I Regional 7 di Tengah Transformasi Nasional

"Perdagangan saham di pekan pertama bulan April 2025 ini, nampaknya akan berjalan tak sesuai apa yang dipikirkan oleh para investor yang ingin berada di zona hijau. IHSG kemungkinan akan bergejolak pada pekan pertama bulan April 2025 ini," kata Febrian.

Kebijakan tarif impor AS dinilai dapat memicu gejolak perekonomian global. Hal ini tercermin dari tren penurunan beberapa bursa saham dunia saat ini.

Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil dan Didukung Kinerja Intermediasi yang Semakin Kuat

"Untuk IHSG sendiri kita baru bisa melihatnya nanti pada saat pembukaan di pekan pertama bulan April 2025 ini. Apakah trend akan naik atau turun?! Kita lihat nanti pada Selasa, 8 April 2025 hasil trendnya," ujar Febrian.

Sebagai informasi, tarif impor AS untuk produk-produk Indonesia ditetapkan sebesar 32%. Angka ini berpotensi berdampak pada penjualan produk-produk Indonesia di pasar AS.(*)