Perjalanan Ferdy Sambo Sebelum Divonis Hukuman Mati, Ini Faktanya

Ferdy Sambo
Sumber :

Lampung – Diberitakan, Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Wahyu Iman Santoso telah memberikan hukuman vonis mati kepada terdakwa, mantan kadiv Propam Mabes Polri, Ferdy Sambo.

Polisi Pulangkan 7 Warga yang Sempat Diamankan Pasca Kericuhan Eksekusi Lahan di Lampung Tengah

Ferdy Sambo telah terbukti melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat (J). Atas vonis tersebut, Wahyu Iman Santoso meminta Sambo berdiri untuk mendengarkan hukuman.

 

Mahfud MD Sebut Kasasi Ferdy Sambo Sudah Final, Semua Pihak Diminta Menghormati Putusan MA

“Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana mati,” kata Hakim Wahyu pada Senin, 13 Februari 2023.

Putusan itu telah melewati tujuh bulan proses hukum kasus pembunuhan berencana Brigadir J.

Usai Diselamatkan dari Suaminya, Perempuan Asal Malaysia Resmi Dipulangkan ke Negaranya

 

Penantian masyarakat atas putusan hakim menegenai kasus yang menjadi aib bagi kepolisian tersebut akhirnya berujung.

 

Berikut ini Bechannel telah merangkum 10 fakta kasus Ferdy Sambo sebelum divonis hukuman mati.

 

1. Ajudan pribadi Ferdy Sambo, Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat (J) tewas pada 8 Juli 2022 silam. Pihak kepolisian selanjutnya menetapkan Sambo sebagai tersangka.

 

Sidang terhadap Sambo dimulai pada 17 Oktober 2022 lalu. Persidangan dikatakan cepat karena sesuai keinginan Hakim Wahyu yang menginginkan persidangan yang singkat dan efisien.

 

2. Pertama kalinya, Ferdy Sambo didakwa dengan dua perkara yakni, dugaan pembunuhan berencana dan dugaan perintangan penyidikan atau obstruction of justice.

 

Saat itu, Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) mendakwa Ferdy Sambo dengan Pasal 340 subsider Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 KUHP juncto Pasal 56 KUHP yang menjerat Ferdy dengan hukuman maksimal mencapai hukuman mati.

 

3. Ferdy Sambo didakwa telah melakukan dugaan pembunuhan berencana secara bersama dengan empat orang lainnya yakni, Putri Candrawathi, Richard Eliezer alias Bharada E, Kuat Ma’ruf, dan Ricky Rizal.

 

Tak hanya itu, Ferdy Sambo juga sudah didakwa obstruction of justice, yakni Pasal 49 juncto Pasal 33 dan/atau Pasal 48 ayat (1) juncto Pasal 32 ayat (1) UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 dan/atau Pasal 221 ayat (1) ke 2 dan 233 KUHP juncto Pasal 55 KUHP dan/atau Pasal 56 KUHP.

 

4. Setelah sidang dakwaan, persidangan selanjutnya dilakukan dengan pemeriksaan para saksi. Mulai dari saksi pelaku sampai saksi ahli dalam periode ini, fakta-fakta semakin terkuak dari kasus pembunuhan Brigadir J.

 

Dari situ juga terkuak salah satunya yakni dugaan kekerasan seksual yang dialami istri Sambo, Putri Candrawathi. Ferdy Sambo secara tegas menyampaikan ke hadapan Majelis Hakim bahwa istrinya sudah diperkosa oleh Brigadir J di rumah Magelang.

 

5. Selanjutnya terungkap bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan meragukan klaim Ferdy Sambo yang mengaku tidak menyuruh Bharada Richarel Eliezer menembak, namun hanya meminta menghajar Brigadir Yosua Hutabarat (Brigadir J). Hakim melihat Sambo mempunyai niatan untuk membunuh Brigadir J.

 

6. Setelah sidang para saksi, Ferdy Sambo akhirnya menjalani sidang tuntutan dari JPU. Pihak JPU menuntut hukuman seumur hidup.

 

7. Jaksa menilai bahwa Ferdy Sambo terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan berencana Brigadir J sesuai dengan Pasal 340 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Jaksa juga telah menilai unsur pembunuhan berencana, merampas nyawa orang lain dan unsur lain dalam Pasal 340, sudah terpenuhi.

 

Ferdy Sambo kemudian dituntut memiliki kesempatan membacakan nota pembelaan atau pledoi dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada Selasa, 24 Januari 2023.

 

Saat itu, Sambo memberikan judul rencanaya ‘Setitik Harapan dalam Ruang Sesak Pengadilan’. Akan tetapi, judul itu merupakan pengganti dari judul yang diberikan sebelumnya.

 

8. Setelah melalui proses persidangan, tibalah waktunya pada Senin, 13 Februari 2023 Sambo menerima vonis hakim.

 

“Menyatakan terdakwa Ferdy Sambo sudah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, turut serta melakukan pembunuhan berencana dan tanpa hak melakukan tindakan yang berakibat sistem elektronik tidak bekerja sebagaimana mestinya yang dilakukan secara bersama-sama. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa itu oleh karena itu dengan pidana mati,” jelas Ketua Majelis Hakim, Wahyu Iman Santoso di PN Jaksel, pada Senin, 13 Februari 2023.

 

9. Hakim Wahyu juga sudah menepis motif pelecehan seksual terhadap terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J, Putri Candrawathi.

 

“Majelis hakim tidak memperoleh keyakinan yang cukup bahwa korban Nofriansyah Joshua Hutabarat telah melakukan pelecehan seksual atau perkosaan, bahkan perbuatan yang lebih dari itu kepada Putri Candrawathi,” kata Wahyu dalam sidang pembacaan putusan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Senin.

 

10. Wahyu juga mengatakan bahwa tidak ada fakta yang mendukung Putri Candrawathi mengalami gangguan berupa stres pascatrauma akibat dari pelecehan seksual ataupun perkosaan.

 

Dengan begitu, majelis hakim menyatakan bahwa adanya alasan pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi patut dikesampingkan.