Bandar Lampung Masuk Daftar Kota Terpanas di Asia Tenggara
- Foto Dokumentasi Riduan
Lampung – Laporan terbaru dari Climate Central mengungkapkan bahwa Bandar Lampung masuk dalam lima kota dengan suhu tertinggi di Asia Tenggara selama periode Juni hingga Agustus 2024.
Bersama dengan Makassar, Sumedang, dan Palembang, Bandar Lampung mengalami 81 hari dengan suhu ekstrem, yang jelas dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Laporan ini menyoroti tantangan serius yang dihadapi masyarakat di kota-kota tersebut akibat peningkatan suhu global.
Menurut laporan resmi yang diterima, di Jakarta, Bandar Lampung mengalami paparan suhu tinggi yang mengancam kesehatan penduduk, dengan suhu yang tercatat mencapai 34 hingga 35 derajat Celsius di beberapa hari puncak kemarau.
Hal ini disebabkan oleh minimnya tutupan awan selama periode tersebut, yang memperparah kondisi panas di wilayah tersebut.
Analisis Dampak Perubahan Iklim
Di Indonesia, sekitar 128 juta orang terkena dampak dari suhu yang lima kali lebih tinggi dari normal akibat perubahan iklim. Bandar Lampung sendiri menjadi salah satu kota yang terpapar suhu ekstrem ini selama lebih dari dua bulan terakhir.
Penjelasan BMKG Lampung
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Lampung, Rudi Harianto, memberikan penjelasan terkait kondisi cuaca ekstrem yang melanda Bandar Lampung.
"Puncak musim kemarau di Provinsi Lampung diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan Oktober 2024, dan kondisi panas ini kemungkinan besar masih akan berlanjut," kata Rudi, Jumat (20/9/2024).
Minimnya curah hujan dan awan penutup menyebabkan sinar matahari langsung menyinari wilayah daratan, sehingga suhu di Bandar Lampung terasa jauh lebih panas.
“Terutama antara pukul 10.00 hingga 14.00, suhu bisa mencapai puncaknya, dengan suhu tertinggi yang kami catat mencapai 34 derajat Celsius,” tambahnya.
BMKG Lampung juga mencatat bahwa suhu 35 derajat Celsius pernah tercatat dalam kondisi serupa di masa lalu, meski jarang terjadi.
Namun, Rudi mengingatkan bahwa suhu di atas 30 derajat Celsius pun sudah cukup untuk membuat cuaca terasa sangat panas ketika awan sedikit.
Imbauan BMKG untuk Warga
BMKG mengimbau masyarakat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dalam menghadapi puncak musim kemarau ini.
Rudi Harianto menyarankan warga untuk lebih bijak dalam penggunaan air bersih, mengingat ketersediaan air tanah dan permukaan yang mulai berkurang.
"Selain itu, kami mengingatkan agar masyarakat berhati-hati terhadap risiko kebakaran hutan dan lahan. Tidak membuang puntung rokok sembarangan dan tidak melakukan pembakaran lahan tanpa pengawasan adalah langkah-langkah penting yang bisa diambil untuk mencegah kebakaran yang lebih luas," pungkas Rudi. (*)