Limex Sriwijaya "Hotel Berjalan" yang Dirindukan Masyarakat Lampung dan Sumatera Selatan
- Foto Dokumentasi Istimewa (Internet)
Lampung – Kereta api Lintas Malam Express (Limex) Sriwijaya, atau lebih dikenal dengan nama Limex Sriwijaya, telah lama menjadi pilihan favorit masyarakat Lampung dan Sumatera Selatan.
Sesuai dengan namanya, kereta ini beroperasi pada malam hari, berbeda dengan KA Rajabasa yang melayani perjalanan di pagi hari.
Selain perbedaan waktu operasional, KA Limex Sriwijaya dan KA Rajabasa juga berbeda dalam hal kelas layanan.
KA Limex Sriwijaya awalnya menyediakan kelas bisnis dan eksekutif, sebelum akhirnya menggantinya dengan kelas ekonomi premium.
Namun, pada tahun 2021, perjalanan KA Limex Sriwijaya terpaksa dihentikan akibat pandemi COVID-19.
Hal ini membuat kereta malam Limex Sriwijaya hilang dari peredaran tanpa kabar.
Pada saat itu, Manager Humas PT KAI Divre IV, Jaka Jarkasih, menjelaskan bahwa pembatalan ini sesuai dengan berbagai regulasi pemerintah, termasuk Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM 41 Tahun 2020 dan beberapa surat edaran lainnya yang mengatur pengendalian transportasi dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19.
"Langkah ini diambil untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, sehingga angkutan kereta api tidak menjadi kluster baru penyebaran virus corona," jelas Jaka pada 28 September 2021.
Kehilangan layanan kereta malam Limex Sriwijaya menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat Lampung yang selama ini mengandalkannya sebagai sarana transportasi utama.
Tahun 2024
Plt. Executive Vice President KAI Divre IV Tanjungkarang Mohamad Ramdany saat diwawancarai pada Jumat (26/7/2024) menjelaskan ihwal belum beroperasinya kembali KA Limex Sriwijaya.
Menurutnya, penutupan kereta malam Limex pada masa pandemi dilakukan karena tidak ada peningkatan jumlah penumpang dan minat masyarakat yang signifikan.
"Memang saat COVID-19 itu, Limex malam ditutup karena masih dalam pandemi saat itu. Sehingga, tidak terlihat ada peningkatan penumpang atau minat masyarakat," kata dia saat berbincang.
Disampaikannya, selain itu, keberadaan Tol Trans Sumatera yang menghubungkan Lampung dan Palembang dengan waktu tempuh 4-5 jam juga mempengaruhi permintaan terhadap layanan kereta api.
"Adanya Tol pun juga dari Lampung ke Palembang dengan jarak tempuh 4-5 jam memang buat demand-nya kereta api menurun," tambahnya.
Namun, Divre IV Tanjungkarang tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat yang berada jauh dari jalur tol.
"Kita juga melayani yang jauh dari tol itu gimana," ujarnya, mengisyaratkan upaya menjangkau daerah-daerah yang tidak terlayani oleh jaringan jalan tol.
Penjelasan lebih lanjut menyatakan bahwa tren penumpang untuk kereta malam belum kembali seperti semula sejak pandemi.
"Kereta Limex malam tidak beroperasi lagi karena semenjak COVID-19 itu tren-nya tidak ada."
Mengenai kemungkinan penambahan layanan, Mohamad Ramdany mengatakan bahwa rencana tersebut masih dalam pembahasan di kantor pusat.
Jika ada penambahan, sifatnya akan menjadi komersial, bukan subsidi.
"Yang jelas untuk rencana menghidupkan kembali rute kereta malam itu masih dalam pembahasan, usulan dari masyarakat sudah ada. Ini yang dibahas adalah tarifnya masih dalam proses pembahasan," jelasnya.
Selain itu, pertimbangan utama dalam keputusan ini adalah tren permintaan dan kapasitas jalur kereta api yang masih single track.
"Ada dua faktor yang jadi pertimbangan yaitu tren-nya ada dan kapasitas jalur masih single track sehingga kita harus benar-benar menambahkan tren yang masih mampu atau tidak. Jangan sampai begitu ditambahkan pelayanannya malah jadi rusak, waktunya jadi panjang sehingga tidak sesuai dengan waktu sebenarnya," katanya.
Mohamad Ramdany menambahkan KA Limex Sriwijaya yang sering diibaratkan sebagai "Hotel berjalan" karena memberikan kenyamanan perjalanan malam hari.
Sehingga, penumpang bisa tiba di tempat tujuan pada pagi hari, masih menjadi harapan banyak orang.
"Namun, keputusan akhir mengenai pengoperasian kembali kereta malam Limex masih menunggu hasil pembahasan lebih lanjut," pungkasnya. (*)