Punya 44 Anak di Usia 36 Tahun, Wanita Ini Jadi Ibu Paling Subur di Dunia

Punya 44 Anak di Usia 36 Wanita Ini Jadi Ibu Paling Subur di Dunia
Sumber :
  • Mirror/Alamy

LampungViral kisah seorang wanita yang dikatakan paling subur di dunia. Bagaimana tidak, perempuan bernama Mariam Nabatanzi dikenal dengan mama uganda dapat memiliki 44 anak di usia 36 tahun.

Sempat Diisukan Diculik, Bocah 4 Tahun Ditemukan Tersangkut di Gorong-Gorong

Sejak usia 13 tahun, Mariam Nabatanzi sudah menjadi ibu dari anak kembar pertamanya.

Sampai di usianya yang ke-36 tahun, Mariam sudah melahirkan 42 bayi yang harus ia besarkan sendiri tanpa seorang suami. Diketahui suami dari Mariam telah meninggalkan keluarganya.

4 Pelaku Hipnotis di Lampung Barat yang Sempat Viral Diamankan Polisi

Dilansir melalui media Mirror, saat ini Mariam telah berusia 41 tahun, diberitahukan bahwa sekarang dia menderita kondisi genetik langka, dimana dia terus melahirkan berulang kali, walaupun dia memohon bantuan dokter ketika dia baru berusia 23 tahun.

Mariam mempunyai anak tiga pasang kembar empat, empat pasang kembar tiga, dan enam pasang kembar lainnya. Dengan luar biasa ia berhasil merawat serta memberi makan mereka semua sendiri.

Viral di Media Sosial 5 Ekor Sapi Sekarat Dibacok Warga di Lampung Tengah, Ini Penjelasan Polisi

Ibu subur itu menikah pada saat usianya 12 tahun. Adapun pasangan lelakinya berusia 40 tahun dan berbeda 28 tahun lebih tua dari Mariam.

Hingga kini, Mariam dan semua anaknya tak punya pilihan untuk hidup, terkecuali kondisi yang sangat sederhana, yakni hanya di empat rumah mungil yang terbuat dari batu bata semen serta atap seng.

Mariam, berasal dari Uganda, dan anak-anaknya tinggal di sekitar ladang kopi. Seorang dokter memperingatkan sang ibu bahwa jika dia memakai KB, malah bisa menyebabkan masalah karena Mariam memiliki indung telur yang luar biasa besar.

Jadi setelah anak kembar pertamanya, bayi-bayi itu terus lahir berdatangan. Pada saat usianya baru 23 tahun, Mariam memiliki 25 anak dan dengan rasa putus asa dan memohon bantuan dokternya untuk membantunya guna menghentikan memiliki anak lagi.

Tapi sayang sekali nasihat medis adalah dia harus tetap hamil karena jumlah indung telurnya sangat tinggi. Kehamilan terakhir Mariam pada tiga tahun lalu berakhir dengan tragedi ketika dia melahirkan anak kembar keenamnya.

Mariam menyambut anak ke-13 pada hari sebelum penguncian dimulai. Seorang bayi meninggal saat dia melahirkan, pada saat iru, suaminya sering pergi selama berminggu-minggu, dan pada akhirnya meninggalkannya untuk selamanya.

“Saya tumbuh dengan air mata, laki-laki saya sudah melewati saya melalui banyak penderitaan,” kata Mariam.

“Seluruh waktu saya dihabiskan untuk merawat anak-anak saya dan bekerja untuk mendapatkan uang tanpa adanya seorang suami,” tambahnya.

Namun setelah kelahiran inilah sang ibu akhirnya mendapatkan bantuan medis yang dia butuhkan guna menghentikannya memiliki lebih banyak bayi.

Dr Charles Kiggundu, seorang ginekolog di Rumah Sakit Mulago di Kampala, Uganda, menjelaskan bahwa kasus Mariam adalah predisposisi genetik untuk hiper-ovulasi.

Kasus seperti Mariam ini melepaskan banyak telur dalam satu siklus, yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan memiliki kelipatan dan elalu bersifat genetik. 

Mariam memenuhi kebutuhannya dengan cara bekerja sebagai penata rambut, dekorator acara dan mengumpulkan serta menjual besi tua.

Mariam juga menyeduh gin lokalnya sendiri guna dijual dan membuat jamu.

Setiap hari dalam menjalani hidupnya bersama anak-anaknya, Mariam menggunakan 25 kg tepung jagung untuk memastikan anak-anaknya cukup makan, meski ikan dan daging merupakan suguhan langka untuk keluarga. (Dwi P Arrahman)