PDI Perjuangan Lampung: 'Setialah kepada Sumbermu'
- Foto Dokumentasi Riduan
Lampung – DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung memperingati Haul Bung Karno ke-55 dengan mengangkat tema “Setialah kepada Sumbermu”, Sabtu (21/6/2025).
Acara berlangsung di Kantor DPD, Jalan Pangeran Emir M. Noer, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung, dengan semangat mengenang, mendoakan, dan melanjutkan perjuangan sang proklamator.
Tak sekadar seremoni, kegiatan ini menjadi momentum reflektif untuk menyuarakan kembali nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila di tengah dinamika zaman.
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Lampung, Sutono, menyampaikan bahwa Bung Karno bukan hanya sosok sejarah, melainkan sumber nilai yang harus terus dirawat dan ditransformasikan oleh generasi sekarang.
“Ini bukan soal mengenang masa lalu. Ini soal menyambung api perjuangan agar tetap menyala dalam diri anak-anak muda kita. Bung Karno adalah sumber semangat, dan kita harus setia pada sumber itu,” ujar Sutono.
Doa bersama menjadi bagian awal acara, diikuti dengan sarasehan yang mempertemukan sekitar 40 komunitas dari berbagai spektrum: keagamaan, pemuda, daerah, hingga mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sejumlah perguruan tinggi di Lampung.
Sarasehan ini bukan hanya ruang diskusi, tetapi juga panggung untuk memperluas pemahaman bahwa ideologi Bung Karno tentang rakyat harus relevan dengan konteks hari ini.
Sutono menekankan bahwa rakyat bukan hanya kelas bawah, tetapi juga kaum muda, kelas menengah, dan kelompok produktif lainnya.
“Kalau dulu Bung Karno bicara kaum marhaen, sekarang kita juga harus bicara soal milenial, profesional, pelaku UMKM digital. Mereka bagian dari rakyat yang perlu dibela, didekati, dan diperjuangkan,” katanya.
Menariknya, acara ini juga dirangkai dengan festival kuliner sebagai simbol pengamalan nilai Trisakti: berdaulat secara politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Bagi PDI Perjuangan, mengenang Bung Karno tidak cukup lewat slogan, tetapi harus diwujudkan lewat tindakan nyata dan pendekatan yang membumi.
“Pancasila bukan sekadar dokumen negara, ia adalah jalan hidup. Dan tugas kita adalah menjaga jalan itu tetap terbuka dan bisa dilalui oleh siapa saja,” tutup Sutono. (*)