5.000 bibit Pohon Mangrove Ditanam di Pulau Pasaran Bandar Lampung
- Foto Dokumentasi Riduan
Lampung – Penanaman 5.000 bibit pohon mangrove di Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung berlangsung pada Kamis, 25 April 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program penanaman mangrove serentak 2023-2024 yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.
Kemudian, sebagai komitmen Indonesia dalam upaya penurunan emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lainnya, melalui Indonesia's FOLU Net Sink 2030.
Selain itu, penanaman mangrove ini juga merupakan rangkaian perayaan hari ulang tahun (HUT) Provinsi Lampung ke 60 tahun.
"Menanam pohon merupakan bentuk kecintaan dan kepedulian kita terhadap bumi. Kita ingin hidup nyaman di muka bumi ini," kata Gubernur Arinal dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, dikutip Jumat (26/4/2024).
"Saya mengapresiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan khususnya BPDAS Way Seputih Way Sekampung yang melaksanakan kegiatan ini," sambung Arinal.
Kemudian, Penanaman mangrove ini, menurut Arinal, memiliki banyak manfaat. Baik untuk konservasi lingkungan hidup, pengembangan ekowisata, pelestarian ekosistem mangrove, maupun rehabilitasi lahan pesisir.
Ditambahkan, Kadis Kehutanan, Yanyan Ruchyansyah, menambahkan bahwa topografi Lampung dengan garis pantai yang panjang memiliki potensi sekaligus tantangan.
"Penanaman mangrove menjadi salah satu upaya signifikan untuk menjaga pesisir Lampung dari bahaya rob, abrasi, dan banjir." katanya.
"Selain berdasar instruksi Presiden RI, kegiatan ini juga menjadi implementasi Intruksi Gubernur Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Gerakan Lampung Menghijau, Gelam." Yanyan menuturkan.
Yanyan pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan dan lingkungan.
"Kami berharap kegiatan penanaman mangrove ini dapat memberikan motivasi dan pemahaman terhadap pentingnya menjaga ekosistem mangrove dan lingkungan hidup." ujarnya.
Yanyan memaparkan, membangun kebiasaan menanam seharusnya menjadi kebutuhan secara berkelanjutan, bisa dimulai dari pekarangan sekitar rumah.
"Lebih baik mempertahankan pohon atau hutan yang masih ada daripada harus menanam kembali pohon yang memerlukan waktu lama untuk tumbuh besar," pesannya.
"Mari kita bersama-sama merestorasi lahan basah, mengembalikan kepada fungsinya agar manusia dapat hidup dengan nyaman, sejahtera dan aman dari bencana-bencana lingkungan," tandasnya. (*)