Kronologis Mahasiswa FEB Unila Tewas Usai Ikut Diksar, Diduga Akibat Penganiayaan oleh Senior
- Istimewa
Ia mengalami pecah gendang telinga hingga mengalami gangguan pendengaran. Al Faris mengaku mendapatkan intimidasi dari sejumlah senior serta ancaman dari pihak fakultas jika berbicara mengenai insiden tersebut.
"Saya sempat melapor ke pihak dekan, tapi justru diminta untuk diam. Saya diancam nilai akademik saya akan diintervensi jika tetap melanjutkan laporan," ujar Al Faris pada Kamis (29/5/2025).
Saat ini, kondisi Al Faris dikabarkan telah membaik hingga 95 persen setelah menjalani perawatan, meskipun masih merasakan nyeri ketika telinganya terkena air. Ia berharap kejadian serupa tidak terulang dan meminta agar organisasi Mahepel FEB Unila dibekukan.
Menanggapi kematian Pratama, puluhan mahasiswa FEB Unila menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Rektorat Unila pada Rabu (28/5/2025). Mereka menuntut pertanggungjawaban dari pihak rektorat dan dekanat FEB atas peristiwa tragis tersebut.
Koordinator aksi, Zidan, menyebut kematian Pratama sebagai hasil dari praktik kekerasan terstruktur di lingkungan organisasi kampus. Ia juga mengecam sikap fakultas yang dinilai mencoba menutup-nutupi kasus ini.
"Sudah ada bukti medis, pernyataan keluarga, dan data digital. Namun belum ada tindakan tegas. Bahkan, pihak dekan menolak menandatangani pakta integritas," tegas Zidan.
Zidan juga mengungkap adanya upaya untuk membungkam pihak keluarga agar tidak melanjutkan tuntutan hukum atas kasus ini.