Tingkatkan Kesadaran Biodefense, Barantin Lampung Edukasi Mahasiswa Unila tentang Pertahanan Hayati

Barantin Edukasi Mahasiswa Unila soal Pentingnya Pertahanan Hayati
Sumber :
  • Istimewa

Bandar Lampung, Lampung – Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Tumbuhan Sedunia, Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Lampung menggelar sosialisasi pentingnya sistem pertahanan hayati atau biodefense kepada mahasiswa Universitas Lampung (Unila). 

Mahasiswa KKN UIN Raden Intan Lampung dan ILS Tanam 70 Pohon di Wisata Camp 91

 

Acara ini mengusung tema "Quarantine as One Health Protection" dan berlangsung di Aula Fakultas Pertanian Unila.

FPLM dan Mahasiswa KKN UIN Raden Intan Lampung Bersihkan Masjid di Beringin Jaya

 

Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang peran penting karantina dalam menjaga kesehatan tumbuhan, ekosistem, dan ketahanan pangan nasional.

Mahasiswa KKN UIN Raden Intan Lampung Tanam Puluhan Lubang Biopori di Sumber Rejo, Wujudkan Kepedulian Lingkungan

 

"Kuliah umum ini merupakan upaya kami untuk membangun kesadaran publik, khususnya di kalangan mahasiswa, mengenai pentingnya kesehatan tumbuhan," ujar Ahmad Yusuf, Kepala Subbagian Umum Karantina Lampung, dalam sambutannya, Rabu (28/5).

 

Ia menegaskan bahwa kesehatan tumbuhan memiliki dampak besar terhadap lingkungan, keberlanjutan keanekaragaman hayati, serta kelancaran perdagangan sektor pertanian. 

 

Karantina, lanjutnya, berperan strategis dalam mencegah masuk dan tersebarnya hama serta penyakit yang membahayakan tanaman, hewan, dan ikan.

 

Wakil Dekan III Fakultas Pertanian Unila, Agustiansyah, menyambut baik kegiatan ini. “Fakultas Pertanian terus berupaya mencetak SDM unggul untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Sosialisasi seperti ini sangat bermanfaat,” katanya.

 

Narasumber utama dalam kuliah umum ini adalah Heri Widodo, Analis Perkarantinaan Tumbuhan Ahli Muda dari Karantina Lampung. Ia memaparkan bagaimana sistem karantina bekerja di tiga lini utama: pre-border, at border, dan post-border.

 

“Fungsi karantina tak hanya menjaga dari ancaman penyakit dan hama, tetapi juga mendukung kelestarian sumber daya hayati dan ekosistem. Semua ini sejalan dengan amanat UU No. 21 Tahun 2019,” jelas Heri.

 

Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan One Health, yaitu kolaborasi lintas sektor untuk mencegah penyebaran penyakit yang berdampak pada manusia, hewan, dan lingkungan.

 

Dalam paparannya, Heri mengingatkan bahwa era globalisasi membawa tantangan baru, seperti meningkatnya arus perdagangan dan mobilitas manusia. Oleh karena itu, sistem karantina harus terus berinovasi, meningkatkan kapasitas SDM, serta menjalin kerja sama antarnegara.

 

Kegiatan ini dihadiri ratusan mahasiswa dan dosen, dan mendapat sambutan positif. “Kami jadi lebih paham betapa pentingnya peran karantina dalam menjaga keanekaragaman hayati dan tanaman lokal,” kata salah satu mahasiswa peserta.

 

Melalui kegiatan ini, Barantin berharap dapat membangun sinergi antara dunia akademik dan institusi karantina, serta menumbuhkan kepedulian generasi muda terhadap perlindungan sumber daya alam hayati Indonesia.(*)