Perempuan Rentan Terpapar Radikalisme, Ken Setiawan: IWD Momentum Panggung Evaluasi
- Istimewa
Ada pula Dian Yulia Novi dan Ika Puspitasari, mantan buruh migran yang bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri karena terpapar paham terorisme.
Selain itu, ada Tutin Sugiarti, seorang penjual obat-obatan herbal dan terapis pengobatan Islam, serta Arinda Putri Maharani, istri pertama Muhammad Nur Solihin, tersangka otak pelaku bom panci.
"Bahkan ada tiga keluarga terlibat dalam aksi bom bunuh diri di Jawa Timur, pelibatan istri dan anak-anak di bawah umur dalam aksi bom bunuh diri menjadi modus baru dan semakin memperkuat peran perempuan dalam aksi terorisme," ujar Ken.
Ken juga menyoroti kasus satu keluarga yang meledakkan diri dengan bom di Surabaya, Jawa Timur, yang melibatkan istri dan empat orang anak, serta ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur, yang juga melibatkan satu keluarga.
"Bahkan bukan hanya masyarakat biasa, aparat polwan juga faktanya ada yang terpapar terorisme, di antaranya Bripda Nesti Ode Sami (23) dan Rini Ilyas (22) yang ditangkap Densus 88 karena terlibat jaringan terorisme," ungkap Ken.
Dari fakta-fakta tersebut, Ken berharap momen Hari Perempuan Internasional menjadi momentum memperjuangkan hak, kesetaraan, dan pemberdayaan perempuan, serta menjadi sarana evaluasi mengapa perempuan mudah sekali dieksploitasi dan dimanfaatkan atas nama agama.
"Hari Perempuan Internasional seharusnya menjadi panggung untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, jangan sampai malah besok dipenuhi dengan narasi provokasi yang menyudutkan pemerintah dan aparat keamanan," tutup Ken Setiawan. (*)