Balai Karantina Pertanian Lampung Kebakaran, Diduga Akibat Konsleting Listrik
- Istimewa
Lampung – Kebakaran melahap Kantor Balai Karantina Pertanian Lampung yang berada di Jalan Soekarno-Hatta KM. 20 Kelurahan Way Laga, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandarlampung terbakar, Sabtu (25/02/2023) sekitar pukul 17.30 WIB.
Kepala Balai Karantina Pertanian Lampung, Doni menjelaskan kobaran api tersebut terjadi di lantai 3 gedung utama perkantoran di dekat area ruang rapat.
“Ruang rapat tapi bukan ruang kerja, itu ruang kosong nyambung ruang rapat. Posisi tidak ada pegawai, lagi kosong (ruang itu), hanya ada security dan beberapa pegawai di bawah, tidak ada korban jiwa,” kata Doni saat diwawancarai.
Dugaan sementara, kebakaran terjadi karena adanya konsleting listrik dan menyambar ke area plafon hingga merembet ke berbagai area.
“Kemungkinan konslet listrik, tapi itu belum tau ya, posisi bukan jam kerja, makanya pegawai yang kurang tau,” jelas Doni.
“Kaca tadi pecah karena meleleh. Cuman mungkin kenanya dari plafon, karena plafon kan cepat terbakar dan menyebar,” lanjut Doni.
Tambah Doni, belum diketahui pasti total kerugian akibat peristiwa kebakaran ini.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Bandarlampung, Antoni Irawan menerima laporan kebakaran sekitar jam 17.20 WIB dan langsung menuju ke lokasi.
“30 personel, 5 mobil pemadam kebakaran kota Bandar Lampung. Kurang lebih 25 menit pemadamannya. Penyemprotan airnya kita lakukan dari luar,” ungkap Antoni.
Ia menyebut tidak ada korban jiwa, hanya ada satu pegawai kantor yang membantu memadamkan api dan mendapatkan penganan medis di rumah sakit terdekat.
“Hanya ada satu pegawai balai yang cukup banyak menghirup asap terbakar dan sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat,” tutur Antoni.
Saksi warga setempat, Ana menjelaskan detik-detik kebakaran terjadi.
“Keliatan apinya ngebul warna hitam. Padamnya api jam enam menjelang maghrib,” kata Ana.
Saat kejadian Ana mengaku sempat heboh dan hanya bisa menyaksikan kebakaran berlangsung hingga Damkar datang.
“Terlihat kaca pecah dan kertas terbang-terbang,” tutup Ana. (Dwi P Arrahman)