Dialog Terbuka Ditolak, Massa Aksi di DPRD Lampung Sempat Memanas

Aksi di depan Kantor DPRD Lampung
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Riduan

Lampung – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Lampung, Mingrum Gumay, mendatangi massa aksi di depan Gedung DPRD Lampung, Jumat (23/8/2024). 

Strategi Gagal, Pelaku Curanmor Menyamar Jadi Mahasiswa Tertangkap di Lampung

 

Tujuan kedatangan Mingrum adalah untuk membuka ruang dialog dengan para mahasiswa yang menuntut agar aspirasi mereka didengarkan.

Mendag Zulhas Beri Kuliah Umum di ITERA, Dorong Mahasiswa Menguasai E-Commerce dan Kewirausahaan

 

Namun, ajakan Mingrum agar mahasiswa berdialog di dalam gedung mendapat penolakan karena massa aksi menegaskan tidak ingin hanya diwakili perwakilan kecil. 

Tunjukkan Komitmen, Yusnadi Serahkan Ambulans ke Masyarakat usai Pelantikan DPRD Lampung Timur

 

"Kami membuka pintu dialog untuk semua, tapi hingga kini kesepakatan belum tercapai," kata Mingrum usai bertemu demonstran.

 

Dalam kesempatan tersebut, Mingrum menggarisbawahi tiga hal utama yang menjadi komitmen DPRD Lampung. 

 

Pertama, mengawal setiap keputusan yang diambil Mahkamah Konstitusi (MK) sesuai konstitusi. Kedua, menjaga proses demokrasi dalam pelaksanaan pilkada yang akan datang. 

 

Ketiga, memastikan setiap keputusan yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan dikawal oleh DPRD Lampung.

 

"Apa yang menjadi keputusan aliansi mahasiswa, mereka perlu melanjutkan konsolidasi internal agar aspirasi mereka bisa tersampaikan dengan baik," ujar Mingrum menegaskan pentingnya konsolidasi di kalangan mahasiswa.

 

Saat ditanya apakah dirinya hadir hanya sebagai perwakilan DPRD Lampung, Mingrum menegaskan bahwa ia datang bersama anggota DPRD lainnya. 

 

"Sebagai Ketua DPRD Lampung, saya pastikan semua aspirasi akan kami kawal dan jaga sesuai konstitusi negara kita," tegasnya.

 

Mingrum juga menyatakan bahwa sistem dan mekanisme yang telah disusun oleh KPU akan dijalankan dengan teguh. 

 

"Negara yang demokratis harus tegak lurus dengan konstitusi," tambahnya.

 

Tak lama setelah Mingrum menghampiri massa, situasi sempat memanas. Aksi dorong-dorongan terjadi, meski tidak jelas apa yang memicunya. 

 

Beberapa mahasiswa terlihat melempar batu kerikil dan botol air mineral, yang segera direspons aparat kepolisian dengan membentuk barikade untuk meredam ketegangan.

 

Kericuhan sempat mencapai puncaknya ketika massa aksi membakar ban, yang menyebabkan asap tebal mengepul di sekitar pintu gerbang Gedung DPRD. 

 

Berkat tindakan cepat aparat, situasi dapat segera dikendalikan dan ketegangan pun mereda. (*)