Dilema Angkatan Kerja, Dominasi Sektor Informal di Tengah Revolusi AI

Menteri Ketenagakerjaan saat kuliah umum di ITERA
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Riduan

Lampung – Dalam delapan tahun terakhir, penambahan angkatan kerja di Indonesia terus mengalami penambahan.

Temui Wamenaker, RMD Bahas Perlindungan Ketenagakerjaan dan Peningkatan Pelatihan Vokasi di Lampung

 

Rata-rata kenaikan mencapai 3,3 juta orang per tahun, dan pada tahun 2024, angka ini melonjak hingga 4,4 juta. 

Pekerja di Lampung Pilih Fleksibilitas, Paruh Waktu Jadi Primadona

 

Meski menunjukkan pertumbuhan signifikan, sejumlah tantangan besar masih mengemuka, mulai dari dominasi sektor informal hingga rendahnya tingkat pendidikan mayoritas tenaga kerja.

BPS Lampung Gelar Workshop Data Ketenagakerjaan dari Sakernas 2023

 

Peta Komposisi Angkatan Kerja 2024

 

Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli saat melaksanakan kuliah umum di ITERA menyampaikan, data terkini menunjukkan bahwa sektor informal masih menjadi pilihan utama sebagian besar pekerja, mencakup 55,10% dari total angkatan kerja, sementara sektor formal hanya mencapai 39,98%. 

 

Dari segi pendidikan, mayoritas tenaga kerja (52,33%) memiliki latar belakang pendidikan rendah (SD atau SMP). 

 

Di sisi lain, tenaga kerja dengan pendidikan tinggi seperti lulusan universitas dan diploma hanya mencapai 12,86%, sedangkan lulusan SMA/SMK berjumlah 34,81%.

 

Realitas ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, menyoroti pentingnya pengembangan sistem pelaporan lowongan kerja.

 

"Sebetulnya, aturan itu mewajibkan perusahaan melaporkan lowongan kerja mereka. Kami tengah membangun platform Siap Kerja untuk memastikan semua perusahaan mematuhi ini," ujar Yassierli. 

 

Sembari menunggu platform tersebut rampung, pemerintah mengintensifkan kegiatan job fair sebagai solusi sementara. 

 

"Setiap job fair, kami berhasil menyediakan hingga 50 ribu lowongan kerja," tambahnya.

 

Tantangan Era Kecerdasan Buatan

 

Perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), telah mengubah lanskap dunia kerja. Data menunjukkan bahwa 86% perusahaan kini menggunakan AI untuk mendukung operasional mereka. 

 

Transformasi ini menuntut tenaga kerja Indonesia untuk beradaptasi dengan cepat.

 

"Persiapan menghadapi era AI harus dimulai dari pendidikan. Kita harus mempertimbangkan masukan terkait pengintegrasian teknologi ini ke dalam kurikulum, terutama di perguruan tinggi," kata Yassierli.

 

Namun, di tengah kekhawatiran, ada kabar baik. Data dari Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa meski terjadi PHK di beberapa sektor, industri lainnya justru mencatat peningkatan jumlah tenaga kerja.

 

"Ini membuktikan bahwa meski ada tantangan, sektor tertentu justru menunjukkan pertumbuhan. Tidak semua industri menurun," jelasnya.

 

Strategi Menghadapi Masa Depan

 

Peningkatan kompetensi tenaga kerja menjadi kunci menghadapi tantangan ini. Pemerintah diharapkan tidak hanya memperluas lapangan kerja, tetapi juga mengembangkan keterampilan tenaga kerja, terutama dalam menghadapi perubahan teknologi.

 

Kolaborasi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan sektor swasta menjadi faktor penting untuk menciptakan angkatan kerja yang siap bersaing di era digital. 

 

"Perubahan adalah hal yang pasti. Tantangannya adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari perubahan itu," pungkas Yassierli.

 

Dengan pertumbuhan angkatan kerja yang terus meningkat, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan bonus demografi. Namun, peluang ini hanya dapat dioptimalkan dengan strategi terukur yang mampu menjawab tantangan era modern. (*)