Harga Singkong Anjlok, Petani di Lampung Semakin Terpuruk

Ilustrasi Petani Singkong
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Istimewa

LampungHarga singkong di Provinsi Lampung terus mengalami penurunan yang signifikan, membuat petani semakin terpuruk secara ekonomi. 

Dugaan Mafia Tanah dan Pengrusakan Hutan TNBBS Dilaporkan GERMASI ke Kejati Lampung

 

Anggota Komisi II DPRD Lampung dari Fraksi Gerindra, Fauzi Heri, menyebut situasi ini sebagai "penjajahan gaya baru di bidang ekonomi" akibat ketidakadilan dalam penetapan harga oleh perusahaan pengolah.

Panen Raya Padi bersama Presiden Prabowo, Pemkab Pesawaran Fokus Tingkatkan Ketersediaan Air dan Serapan Gabah Petani

 

“Petani kita dipermainkan oleh perusahaan yang menetapkan harga secara sepihak,” tegas Fauzi dalam keterangannya.

Region Head PTPN I Regional 7 Tekankan Pentingnya Detail Teknis untuk Dongkrak Produksi

Anggota Komisi II DPRD Lampung dari Fraksi Gerindra, Fauzi Heri

Photo :
  • Foto Dokumentasi Istimewa

Menurutnya, perusahaan pengolah hanya membeli singkong dengan harga sekitar Rp 1.025 per kilogram. Namun, dengan potongan hingga 30 persen, petani pada akhirnya hanya menerima Rp 717,5 per kilogram. 

 

Kondisi ini sangat memberatkan petani, yang kesulitan untuk menutupi biaya produksi.

 

Dampak Buruk ke Petani

 

Dengan harga tersebut, petani hanya memperoleh sekitar Rp 1,5 juta per tahun atau Rp 125 ribu per bulan dari setiap hektare lahan, jauh di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP). 

 

Padahal, biaya tanam dan ongkos angkut singkong mencapai Rp 20 juta per hektare per tahun.

 

“Dengan perhitungan seperti ini, bagaimana mungkin petani kita bisa bertahan? Pemerintah harus segera bertindak,” ujar Fauzi.

 

Desakan Regulasi Harga

 

Fauzi mendesak Penjabat Gubernur Lampung dan dinas terkait untuk segera mengeluarkan regulasi stabilisasi harga singkong. 

 

Ia juga menekankan pentingnya penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk melindungi petani dari manipulasi harga oleh perusahaan maupun tengkulak.

 

“Pemerintah harus hadir untuk melindungi petani. Jangan biarkan petani menjadi korban terus-menerus,” tambahnya.

 

Pentingnya Kebijakan Stabilisasi

 

Lampung merupakan salah satu daerah penghasil singkong terbesar di Indonesia, dengan luas lahan mencapai 366.830 hektare dan produksi lebih dari 8 juta ton per tahun. 

 

Fauzi menilai, kebijakan stabilisasi harga menjadi langkah mendesak untuk menjaga keberlanjutan ekonomi para petani di Lampung.

 

Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa intervensi pemerintah, Fauzi khawatir kesejahteraan petani akan semakin merosot, mengancam masa depan sektor pertanian di provinsi tersebut. (*)