Kematian Tragis Harimau Sumatera Bayangi Perjalanan GTD 2024, Terus Menerus Mengancam Populasi

Petugas BKSDA Sumbar mengevakuasi bangkai Harimau Sumatera.
Sumber :
  • JHS/Andri Mardiansyah/23

Bandar Lampung, Lampung – Eksistensi Harimau Sumatera kembali menjadi sorotan setelah dua insiden kematian akibat perangkap jerat terjadi dalam kurun waktu kurang dari dua tahun. 

 

Kejadian ini semakin menguatkan fakta bahwa ancaman terhadap satwa endemik Indonesia ini semakin serius dan mendesak.

 

Kematian seekor Harimau Sumatera akibat jerat di Pasaman pada Mei 2023 dan kejadian serupa di Agam pada Juli 2024 menjadi bukti nyata bahwa habitat harimau semakin terjepit dan konflik dengan manusia tak terelakkan. 

 

Hasil nekropsi menunjukkan bahwa hewan-hewan ini mengalami luka parah akibat jerat dan kondisi lingkungan yang ekstrem.

 

Andri Mardiansyah, Founder yayasan Jejak Harimau Sumatera, menyoroti ironi yang terjadi. Di satu sisi, harimau memiliki tempat istimewa dalam budaya dan mitologi masyarakat Sumatera. 

 

Namun, di sisi lain, hewan ini justru sering menjadi korban tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab.

 

"Harimau Sumatera adalah bagian penting dari identitas budaya kita. Namun, kita belum mampu melindungi mereka secara efektif," ungkap Andri.

 

Menurutnya, tantangan utama dalam konservasi harimau adalah adanya persepsi ganda di masyarakat. Harimau dianggap sebagai sosok sakral namun juga sebagai ancaman. Hal ini membuat upaya konservasi menjadi lebih kompleks.

 

"Konservasi harimau bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Perlu adanya sinergi yang kuat dan upaya edukasi yang lebih masif," tegas Andri.

 

Peringatan Global Tiger Day (GT) atau Hari Harimau Sedunia yang diperingati setiap tanggal 29 Juli menjadi momentum penting untuk merefleksikan upaya pelestarian yang telah dilakukan. 

 

Ancaman seperti perburuan, deforestasi, dan alih fungsi lahan terus mengancam kelangsungan hidup harimau.

 

"Masalah ini adalah PR besar kita bersama. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi lingkungan sangat penting agar Harimau Sumatera tidak mengikuti jejak saudaranya dari Bali dan Jawa yang sudah punah," tutup Andri Mardiansyah.

 

Penting untuk mengambil tindakan nyata dan berkelanjutan agar generasi mendatang masih dapat menyaksikan keindahan dan keberadaan Harimau Sumatera di habitatnya.(*)