Suka Duka Porter Pelabuhan Bakauheni: Penumpang Ramai, Orderan Sepi

Sarifuddin porter di Pelabuhan Bakauheni
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Riduan

Lampung –Setiap tahun, musim mudik menjadi waktu yang dinantikan oleh banyak orang untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat di kampung halaman. 

 

Namun, di balik kegembiraan tersebut, terdapat dampak yang dirasakan oleh sebagian profesi, salah satunya adalah para porter atau kuli panggul di Pelabuhan Bakauheni

 

Porter, yang biasanya sibuk mengangkut barang dan membantu penumpang, saat ini menghadapi tantangan tersendiri saat musim mudik 2024 yakni sepinya orderan yang diterima. 

 

Hal ini disebabkan oleh perubahan pola perjalanan masyarakat yang lebih memilih menggunakan layanan angkutan pribadi atau menggunakan jasa pengiriman barang. 

 

Sebagai akibatnya, porter yang bergantung pada pendapatan dari jasa mereka merasakan dampaknya secara langsung.

 

"Musim mudik tahun ini (2024) sepi," kata Saefuddin, warga Serang yang telah puluhan tahun menjadi porter di Pelabuhan Bakauheni, Minggu (7/4/2024). 

 

Disampaikan pria berusia 60 tahun yang kini telah menetap di Provinsi Lampung atau lebih tepatnya Dusun Kenyayan Bawah II Desa Bakauheni, Kec. Penengahan Kab. Lampung Selatan bahwa sepi orderan juga berdampak pada kondisi ekonomi para porter. 

 

Dengan berkurangnya pendapatan selama musim mudik, para porter mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan keluarga. 

 

"Paling banyak Rp 100 ribu, tapi karena sepi itu tadi udah jarang dapet. Tahun ini (2024) penumpang ramai tapi sepi barangnya enggak ada, dapet Rp 10-30 ribu kadang saya terima, kalau mau ngasih seikhlasnya juga enggak apa-apa. Jadi kita enggak maksa," sambungnya. 

 

Kemudian, meskipun menghadapi tantangan yang signifikan, Sarifuddin tetap mencoba bertahan dan beradaptasi dengan situasi yang ada. 

 

Namun ada pula, beberapa di antara mereka (porter) terpaksa mencari pekerjaan tambahan seperti buruh tani, ataupun berkebun. 

 

Bagi Sarifuddin, justru dia lebih bersemangat untuk mencari peluang baru atau menawarkan layanan tambahan untuk menarik minat pelanggan selama musim mudik.

 

"Kalau kita kan enggak kayak angkutan kendaraan, jadi bukan cari ramainya tapi cari barangnya. Kalau hari biasa (bukan musim mudik) paling Rp 50 ribu. Namanya, kerja begini pendapatan rejeki enggak pasti. Tapi, namanya kita berusaha jadi tetep harus berjuang," jelasnya. 

 

Ditambahkan Saefuddin, meski sepi orderan selama musim mudik tahun ini akan tetapi, dengan keuletan dan kemauan untuk beradaptasi, para porter dapat bertahan dan melewati masa-masa sulit ini dengan harapan akan meningkatnya pesanan di masa mendatang.

 

"Harapan pasti ada, karena kalau rejeki itu sudah ada yang ngatur. Jadi, insyaallah biar terus bisa menafkahi anak istri," pungkasnya. (*)