Lampung Selatan: Dari 'Surga yang Terlupakan' Menuju Primadona Wisata Nusantara
- Istimewa
Lampung Selatan, Lampung – Di ujung selatan Pulau Sumatera, ada sebuah kabupaten yang selama ini hanya dianggap sebagai persinggahan dan sekadar tempat transit sebelum menyeberang ke Pulau Jawa.
Tapi kini, Lampung Selatan sedang bersiap mengubah narasi itu. Bukan lagi sekadar gerbang, melainkan destinasi yang layak disorot dengan segala keindahan yang dimilikinya.
Tahun 2025 menjadi momentum kebangkitan pariwisata Lampung Selatan. Panorama laut yang terbentang dari titik Nol Kilometer Pelabuhan Bakauheni hingga kemegahan Menara Siger tak lagi hanya dilihat dari balik kaca mobil, tetapi mulai menjadi magnet bagi wisatawan yang sengaja datang untuk menikmati.
Dan pesonanya tak berhenti di situ. Lampung Selatan adalah buku cerita alam yang terbuka lebar, pantai-pantai berpasir putih, air terjun tersembunyi di balik bukit, Gunung Rajabasa yang menjulang mistis, hingga sumber air panas alami yang memancarkan belerang dari perut bumi. Ini bukan sekadar tempat singgah, ini adalah surga yang dulu terabaikan.
Di balik geliat ini, ada duet pemimpin muda yakni Bupati Radityo Egi Pratama dan Wakil Bupati M. Syaiful Anwar. Keduanya membawa semangat baru untuk membangkitkan potensi yang selama ini tidur panjang. Salah satu fokus utamanya? Tentu saja pariwisata.
Namun, keindahan tidak bisa berkembang tanpa infrastruktur.
Jalan rusak yang selama ini jadi bahan candaan "seribu lubang Lampung Selatan" harus diubah jadi "seribu akses menuju harapan."
Peran Zita Anjani istri sang bupati sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata dan Ketua TP PKK Lampung Selatan menjadi energi tambahan.
Ia tak hanya mendampingi, tapi juga menjadi motor penggerak, menjembatani koordinasi dengan dinas terkait, merancang pengembangan kawasan wisata, dan mengangkat nama Lampung Selatan ke kancah nasional hingga internasional.
“Lampung Selatan itu surga pantai. Tapi surga pun butuh jalan masuk yang layak,” begitu kira-kira suara hati masyarakat yang selama ini menanti perubahan nyata.
Nelayan butuh jalan menuju dermaga. Petani ingin akses ke ladang yang tak membuat kendaraan terperosok.
Pedagang desa mengimpikan jalan mulus agar barang sampai ke pasar tanpa drama debu dan becek. Karena bagi mereka, jalan bukan lagi soal infrastruktur, tetapi itu soal kehidupan.
Kini, asa masyarakat bertumpu pada Bupati Egi dan Wabup Syaiful. Mereka ingin Lampung Selatan bukan hanya viral karena jalan rusak, tapi dikenal karena wisata kelas dunia yang dimiliki.
Mereka ingin kabupaten ini tak lagi jadi perlintasan, tapi tujuan.
Lampung Selatan sedang membuka lembaran baru. Bukan lagi sebagai bayangan dari Sumatera, tapi cahaya yang memancar dari selat kecil bernama harapan. (Dji)