Bapak AI Geoffrey Hinton Sebut Kecerdasan Buatan Bisa Jadi Ancaman Bagi Umat Manusia

"Bapak AI" Geoffrey Hinton
Sumber :
  • REUTERS/Mark Blinch

Pada bulan April, CEO Twitter Elon Musk bergabung dengan ribuan orang dalam menandatangani surat terbuka yang menyerukan jeda enam bulan dalam pengembangan sistem yang lebih kuat dari GPT-4 yang baru diluncurkan OpenAI, termasuk CEO Stability AI Emad Mostaque, peneliti di DeepMind yang dimiliki Alphabet, serta pionir AI Yoshua Bengio dan Stuart Russell.

5.000 bibit Pohon Mangrove Ditanam di Pulau Pasaran Bandar Lampung

Meskipun Hinton memiliki kekhawatiran seperti para penandatangan lain bahwa AI mungkin menjadi ancaman eksistensial bagi umat manusia, ia tidak setuju untuk melakukan jeda penelitian.

"Ini sangat tidak realistis, saya berada dalam kubu yang berpikir ini sebagai ancaman eksistensial, dan sudah dekat sehingga kita harus bekerja keras sekarang, dan mengalokasikan banyak sumber daya untuk mencari tahu apa yang bisa kita lakukan." katanya.

Marindo Kurniawan High Level Meeting, Kejari Pringsewu Bongkar Bongkar Bapenda

Di Uni Eropa, sebuah komite anggota parlemen merespons surat yang didukung oleh Musk dengan meminta Presiden AS Joe Biden untuk mengadakan pertemuan global mengenai arah masa depan teknologi dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Minggu lalu, komite tersebut menyetujui serangkaian proposal yang menargetkan AI generatif, yang akan memaksa perusahaan seperti OpenAI untuk mengungkapkan materi hak cipta apa pun yang digunakan untuk melatih model mereka.

Soal KUR, Mantan Mantri Bank BUMN di Bandar Lampung Ditetapkan Tersangka

Sementara itu, Joe Biden melakukan pembicaraan dengan sejumlah pemimpin perusahaan AI, termasuk CEO Alphabet Sundar Pichai dan CEO OpenAI Sam Altman di Gedung Putih, berjanji untuk "diskusi terbuka dan konstruktif" mengenai perlunya perusahaan untuk lebih transparan tentang sistem mereka.

"Pemimpin teknologi memiliki pemahaman terbaik tentang ini (AI) dan politisi harus terlibat. Ini memengaruhi kita semua, jadi kita semua harus memikirkannya." kata Hinton. (Reuters)

Halaman Selanjutnya
img_title