Sudah Ada Sejak 1808, Masjid di Lampung Basis Perjuangan Kemerdekaan

Masjid Jami Al Yaqin Bandar Lampung
Masjid Jami Al Yaqin Bandar Lampung
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Riduan

H. Muhammad Yaqin (Suku Bengkulu), yang kemudian alm. H Muchyiddin dan H. Muhammad Yaqin sepakat untuk mewakafkan tanah mereka untuk kepentingan Surau/Mushola, sehingga pada tahun 1923 diperbesar menjadi sebuah bangunan Masjid, dengan tanah beruku ran 30 x 37 m dan luas + 1107 M².

 

Ketika itu, bentuk bangunannya masih semi permanen (berdinding setengah bata setengah papan, lantai semen, dengan atap genteng) tanpa kubah dan menara, diberi nama Masjid Enggal Perdana. 

 

Pada 1965, atribut masjid ini kembali diubah menjadi Masjid Al-Yaqin. Pemberian nama Masjid Al-Yaqin juga tidak terlepas dari usul yang dilayangkan Konsulat Jenderal kedutaan Kerajaan Arab Saudi H. Umar Murot, Menurut almarhum H. Abdul Mukti. Dan ditambahkan nama Jami' pada tahun 2000 sehingga bernama Masjid Jami' Al-Yaqin hingga sekarang. 

 

Keberadaan Masjid Jami' Al-Yaqin sejak 1912 di Tanjungkarang diyakini sebagai cikal bakal pusat kegiatan umat. Bukan hanya dalam syiar agama, melainkan juga menjadi wadah kekuatan dalam menentang ada Belanda kala itu. 

 

Salah satu tokoh yang berpengaruh dalam perkembanngan syiar dan perjuangan di masjid itu ialah KH. Ali Tasim Sebagai salah satu santri K.H. Gholib, Ali Tasim juga menjadi panglima Hizbullah Tanjungkarang pada masa agresi Belanda pertama pada tahun 1946.

 

"Pergerakan Hizbullah yang merupakan perkumpulan penentang penjajahan bernuansa Islam itu, merupakan salah satu kelompok yang paling sering terlibat bentrok dengan penjajah," kata seorang putra K.H. Ali Tasim, Drs. Muntaha, Rabu (24/4/2024).