Sudah Berbuat atau Masih Janji? Debat Pilkada Bandar Lampung Panas dengan Isu Kolaborasi Pentahelix

Kedua pasangan calon Wali Kota Bandar Lampung
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Riduan

LampungDebat kandidat Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandar Lampung 2024 pada Jumat, 15 November 2024, berlangsung sengit. 

Puncak Debat Pilkada Bandar Lampung: Waktu Siang Jadi Pilihan KPU

 

Isu kolaborasi pentahelix, yang melibatkan lima unsur penting dalam pembangunan daerah, menjadi perdebatan panas antara pasangan calon nomor urut 01 dan 02.

Debat Ketiga Ricuh, Oknum Pendukung 01 Nanang-Antoni Lempar Batu ke Pendukung 02 Egi–Syaiful

 

Calon Wakil Wali Kota nomor urut 01, Aryodhia Febriansyah SZP, memulai dengan mempertanyakan strategi dan bukti nyata kolaborasi pentahelix yang sudah dijalankan pasangan petahana. 

Debat Calon Wali Kota Bandar Lampung, Janji Besar di Tengah Ketidakpuasan Publik

 

“Bagaimana konkret upaya melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media dalam pembangunan yang benar-benar berdampak positif bagi masyarakat Bandar Lampung?” tanyanya, mengarahkan perhatian hadirin kepada pentingnya sinergi lima elemen tersebut.

 

Eva Dwiana, Calon Wali Kota petahana nomor urut 02, menjawab dengan menyoroti proyek-proyek yang telah direalisasikan. 

 

“Kayaknya paslon nomor urut 1 harus kita bawa jalan-jalan lagi ke Bandar Lampung karena kami sudah membangun. Sekarang ini kami sudah punya GOR yang tadinya tidak ada, kami punya JPO (Jembatan Penyeberangan Orang), dan berbagai pelayanan untuk memudahkan masyarakat,” tegas Eva, menekankan capaian pembangunan selama masa jabatannya.

 

Eva juga menjelaskan tantangan yang dihadapi selama pandemi covid-19, yang menghambat berbagai program pembangunan. 

 

“Selama dua tahun anggaran banyak dialokasikan untuk penanganan pandemi, tapi alhamdulillah sejak 2022 hingga sekarang kami terus berbenah dan memberikan yang terbaik untuk warga Bandar Lampung,” ujarnya.

 

Namun, Reihana, Calon Wali Kota nomor urut 01, tidak sepenuhnya puas dengan klaim tersebut. Ia menekankan pentingnya perencanaan jangka panjang yang berbasis kolaborasi pentahelix. 

 

“Pembangunan itu melibatkan lima unsur: pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media. Harus ada koordinasi yang jelas dan berkelanjutan,” ungkap Reihana. 

 

Ia mempertanyakan, “Kalau memang semua sudah berjalan dengan baik, mengapa masyarakat masih menginginkan perubahan?”

 

Reihana menyoroti bahwa keinginan masyarakat untuk perubahan mencerminkan adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, terlepas dari proyek-proyek yang telah dilakukan. 

 

“Jangan hanya sekadar klaim, tapi buktikan dengan hasil yang benar-benar dirasakan warga,” tutupnya dengan nada tajam. (*)