Ungkap Fakta Bahaya Nitrogen Cair Dalam Jajanan Cikibul

Ungkap Fakta Bahaya Nitrogen Cair Dalam Jajanan Cikibul
Sumber :
  • Youtube/Indonesia Food Department

Lampung – Setelah dilakukan penelitian, jajanan ciki ngebul (Cikibul) ternyata memiliki efek samping yang dapat dibilang berbahaya.

BPOM Bandarlampung Pantau Jajanan Takjil Ramadan

Beberapa kasus keracunan jajanan Cikibul ditemukan di Jawa Barat, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Korban dikabarkan mengalami mual, muntah bahkan lambung bocor sehabis mengkonsumsi cikibul.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan bahwa kandungan nitrogen cair atau liquid nitrogen (LN) pada jajanan Cikibul mempunyai titik didih minus 195 derajat Celcius, sementara titik beku minus 200 derajat Celcius, atau berkriteria sangat dingin.

Bazar Takjil Lapangan Persada Banjar Agung Tulang Bawang Banjir Pembeli

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI, Rita Endang menuturkan, pada titik tersebut, kandungan nitrogen berpotensi memicu tenggorokan terasa seperti terbakar, karena suhu yang teramat dingin dan langsung bersentuhan dengan organ tubuh.

LN adalah cairan diatomik yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang begitu rendah.

Golden Tulip Springhill Lampung Hadirkan Paket Ramadan Bertemakan Makanan Lampung

LN berupa cairan jernih tidak berwarna dan dapat mempercepat pembekuan, namun berisiko menyebabkan radang dingin.

Efek kesehatan karena menghirup nitrogen secara berlebihan dapat mengakibatkan pusing, mual, muntah, kehilangan kesadaran, pernapasan cepat, sesak napas tanpa peringatan dan berujung pada kematian.

“Jika terjadi kontak kulit dan mata dapat menyebabkan luka bakar dingin yang parah serta radang dingin,” jelas Rita Endang. Dikutip melalui Antara, Selasa (17/1/2023).

Oleh karena itu, peracik maupun produsen wajib membuat peringatan khusus untuk konsumen tentang risiko bahaya dari kandungan LN pada pangan olahan.

“Tak boleh dalam kondisi sangat dingin, pastikan LN hilang dengan melihat kepulan uapnya. Nitrogen wajib tidak ada uap, diamkan terlebih dahulu sampai uapnya hilang,” katanya.

Bagi para konsumen, khususnya anak-anak, kata Rita, mereka harus didampingi orang tua yang memahami tentang faktor risiko.

“Tak boleh dikonsumsi karena mengandung gas sangat tinggi, LN pada pangan olahan bisa 700 kali tekanan. Ini sangat bahaya, bila terkena kulit bisa melepuh dan kalau tertelan melukai lambung,” jelasnya.

Menurut Rita, komponen tersebut sangat berbahaya bagi konsumen yang sedang menderita asma.

Rita mengatakan LN masih dapat dipakai dalam pangan olahan selama prosedur yang diterapkan sesuai dengan rekomendasi yang berlaku.

“Kalau tidak ikut aturan, kami sarankan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) selaku otoritas pengawas. BPOM berikan rekomendasi supaya Dinkes beri edukasi,” ujar Rita.

Oleh karena itu, BPOM berkolaborasi dengan sejumlah otoritas terkait telah menyusun pedoman produksi pangan olahan mengandung LN.

“Surat edaran telah kami sampaikan ke seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPOM di daerah. Mereka melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah dan edukasi kepada pemerintah daerah, khususnya anak sekolah,” ujarnya.

Kebijakan itu diterapkan setelah laporan kejadian keracunan produk Cikibul yang kini masih digandrungi konsumen dari kalangan anak-anak.

Kemenkes melaporkan hingga sampai saat ini terdapat 29 laporan kasus keracunan Cikibul di sejumlah daerah, seperti Ponorogo, Bekasi dan Tasikmalaya, yaitu 10 kasus bergejala dan 19 lainnya tanpa gejala.

“BPOM juga telah evaluasi kejadian jajanan ciki ngebul ini sejak 6 Januari 2022. Sudah ada pengawasan dan dilakukan pembinaan,” tutupnya. (Dwi P Arrahman)