Debat Pilgub Lampung: Janji Muluk atau Solusi Nyata?
- Foto Dokumentasi Riduan
Lampung – Debat perdana Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung 2024 telah resmi digelar pada Minggu (13/10/2024), mempertemukan dua pasangan calon, Arinal Djunaidi-Sutono dan Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela.
Dengan mengangkat tema ekonomi dan infrastruktur, kedua pasangan calon berlomba-lomba memaparkan visi, misi, serta program andalan mereka untuk memajukan Provinsi Lampung.
Debat publik yang difasilitasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini menjadi kesempatan bagi masyarakat Lampung untuk mengenal lebih dekat gagasan dan rencana kerja para kandidat.
Namun, meskipun masing-masing pasangan calon berupaya meyakinkan publik, analisis kritis dari pengamat politik Lampung, Candrawansah, menyoroti beberapa kekurangan dalam penyampaian para kandidat.
“Melihat dari visi dan misi yang disampaikan, kedua pasangan calon cenderung menawarkan program yang muluk-muluk, tetapi masih belum menyajikan langkah-langkah strategis yang jelas untuk merealisasikan janji mereka,” ujar Candrawansah, saat dikonfirmasi pada Selasa (15/10/2024).
Menurutnya, perdebatan kali ini cenderung bersifat umum dan kurang mendetail dalam memberikan solusi konkret terkait persoalan ekonomi dan infrastruktur di Lampung.
Dalam debat tersebut, isu pembangunan infrastruktur jalan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat menjadi topik utama.
Kedua paslon menegaskan komitmennya untuk memperbaiki infrastruktur yang dinilai krusial bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
Namun, Candrawansah mencatat bahwa program-program tersebut lebih bersifat retorika daripada rencana aksi yang nyata.
“Para calon perlu lebih spesifik dalam merinci bagaimana mereka akan membangun infrastruktur tanpa hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)," paparnya.
"Kita tahu bahwa untuk proyek besar seperti itu dibutuhkan lobi tingkat nasional agar ada aliran dana dari APBN. Ini belum tergambar jelas dalam penyampaian mereka,” tambahnya.
Lebih lanjut, Candrawansah menilai bahwa sebagai incumbent, Arinal Djunaidi memiliki keunggulan dalam hal pengalaman dan pencapaian selama masa jabatannya.
Proyek strategis seperti rencana pembangunan jalur kereta api Lampung-Sumsel diperkirakan akan menjadi salah satu ‘jualan’ utamanya dalam kampanye ini.
“Pencitraan positif melalui proyeksi pembangunan infrastruktur seperti ini tentu akan meningkatkan elektabilitasnya,” sambung Candrawansah.
Namun, ia juga menekankan bahwa masyarakat Lampung tidak hanya membutuhkan pencitraan, tetapi juga menantikan solusi nyata.
“Masyarakat akan lebih tertarik pada langkah-langkah konkret yang ditawarkan oleh para calon, bukan hanya janji-janji muluk. Pada akhirnya, pemilih ingin tahu bagaimana visi dan misi itu benar-benar akan diwujudkan, bukan sekadar dijual dalam kampanye,” pungkasnya.
Debat publik ini hanyalah awal dari rangkaian kampanye Pilgub Lampung 2024.
Tantangan terbesar bagi para calon adalah bagaimana mereka mampu mengubah retorika menjadi aksi nyata yang dapat meyakinkan masyarakat bahwa mereka adalah pilihan terbaik untuk memimpin Lampung ke depan. (*)