Biaya Pendidikan Jadi Pemicu Inflasi, Bagaimana Lampung Hadapi Kenaikan Harga?

Foto Ilustrasi
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Istimewa

Lampung – Provinsi Lampung mencatatkan inflasi sebesar 0,05% (month-to-month) pada bulan September 2024, sebagian besar disumbang oleh lonjakan biaya pendidikan perguruan tinggi. 

 

Kenaikan biaya akademi pada masa awal tahun ajaran baru di kampus-kampus di Lampung menjadi faktor pendorong terbesar, dengan andil mencapai 0,26%. 

 

Keterangan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Lampung yang diterima pada Jumat (4/10/2024) menunjukkan bahwa selain biaya akademi, sejumlah komoditas lain seperti bawang merah, beras, sewa rumah, dan nasi dengan lauk turut berkontribusi terhadap inflasi, meski dengan andil yang lebih kecil.

 

Biaya Pendidikan dan Faktor Penyebab Lainnya

 

Biaya pendidikan tinggi menjadi salah satu kontributor terbesar dalam inflasi bulan ini. Perguruan tinggi yang menetapkan penyesuaian tarif di awal semester baru, dinilai mendorong kenaikan indeks harga konsumen. 

 

Selain itu, biaya sewa rumah dan harga makanan juga ikut meningkat, menunjukkan dampak dari permintaan yang tinggi di sekitar lingkungan pendidikan.

 

Di sisi lain, inflasi Lampung pada September 2024 masih lebih rendah dibandingkan Agustus yang tercatat 0,07%. 

 

Meski begitu, angka ini tetap lebih tinggi dibandingkan dengan capaian nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,12%. 

 

Secara tahunan (year-on-year), inflasi Lampung tercatat 2,16%, lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 1,84%.

 

Komoditas lainnya seperti bawang merah dan beras juga menunjukkan kenaikan harga. 

 

Kenaikan ini terjadi karena pasokan yang terbatas setelah musim panen berakhir di sentra produksi utama seperti Brebes, sementara produksi padi di Lampung terganggu oleh rendahnya curah hujan selama musim gadu.

 

Deflasi Terbantu Oleh Penurunan Harga Cabai dan Bensin

 

Namun, inflasi yang lebih tinggi sebenarnya berhasil tertahan oleh deflasi pada beberapa komoditas utama seperti cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, tomat, dan bensin. 

 

Penurunan harga aneka cabai didorong oleh musim panen di Jawa Timur yang memperbesar pasokan. Sementara itu, harga bensin non-subsidi seperti Pertamax turun per 1 Oktober 2024, seiring dengan penurunan harga minyak dunia yang memberikan efek positif pada penurunan biaya transportasi.

 

Strategi 4K BI dan TPID untuk Jaga Stabilitas Harga

 

Mengantisipasi inflasi di bulan-bulan berikutnya, KPw BI Provinsi Lampung dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melanjutkan implementasi strategi 4K untuk menjaga stabilitas harga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 

1. Keterjangkauan Harga: BI bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menggelar operasi pasar terutama pada komoditas beras, serta memantau pasokan komoditas daging ayam ras guna memastikan harga tetap stabil.

 

 

2. Ketersediaan Pasokan: Implementasi toko pengendalian inflasi di beberapa wilayah, seperti MAPAN di Kota Metro dan TAPIS di Kota Bandar Lampung, bertujuan menyediakan bahan pangan dengan harga terkendali.

 

 

3. Kelancaran Distribusi: Penambahan rute dan volume penerbangan dari Lampung ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Medan serta penguatan Mobil TOP yang mendukung distribusi komoditas selama operasi pasar.

 

 

4. Komunikasi Efektif: Bank Indonesia dan TPID melakukan koordinasi mingguan bersama pemerintah daerah untuk memastikan stabilitas harga serta menghindari panic buying melalui sosialisasi yang tepat kepada masyarakat.

 

KPw BI Provinsi Lampung memproyeksikan bahwa inflasi di daerah akan tetap terjaga dalam rentang sasaran 2,5±1% (yoy) hingga akhir tahun 2024, namun tetap waspada terhadap risiko kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti emas, beras, minyak goreng, dan rokok akibat kenaikan tarif cukai.

 

Dengan adanya strategi pengendalian harga ini, Bank Indonesia berharap daya beli masyarakat tetap terjaga dan harga kebutuhan pokok bisa lebih stabil, terutama dalam menghadapi tantangan ekonomi di akhir tahun. (*)