Perahu Rakit Bambu Menjadi Andalan Warga Desa Terpencil di Lampung Barat

Warga menggunakan perahu rakit melewati sungai Way Semaka
Sumber :
  • Lampung.viva

Lampung Barat, Lampung – Di tengah hamparan sawah yang luas di Desa Srimulio, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat, terdapat aktivitas keseharian yang unik. Para petani di sana menggunakan perahu rakit bambu sederhana untuk pergi dan pulang dari sawah, bahkan mengangkut hasil panen mereka.

Meskipun sudah tua dan lapuk, perahu rakit ini merupakan urat nadi ekonomi bagi warga. Perahu ini bukan hanya mengangkut orang, tetapi juga barang, bahkan kendaraan roda dua milik warga. Setiap tahun, paling sedikit 2.000 ton gabah kering diangkut menggunakan rakit ini.

Sejak dua puluh tahun silam, area Rawa Kalong telah menjadi sentra penghasil padi di Kecamatan Bandar Negeri Suoh. Namun, letak Rawa Kalong yang dipisahkan Sungai Way Semaka memaksa warga membangun rakit bambu secara swadaya bergotong royong. Hal ini karena titik penyeberangan rakit ini merupakan jalan pintas terdekat dan termurah bagi warga.

Menurut Rosmawati, warga setempat, untuk biaya pemeliharaan, saat musim panen tiba setiap hektar sawah di Rawa Kalong diwajibkan menyumbang seratus ribu rupiah. Di Srimulio, ada sedikitnya 200 hektar sawah produktif yang bisa panen dua kali dalam setahun.

"Rakit ini sudah lama tidak diganti. Masyarakat melakukan swadaya untuk buat rakit. Biasanya setiap 6 bulan sekali diganti baru rakitnya," kata Rosmawati, Senin (1/7/2024).

Selain membayar iuran pemeliharaan rakit, warga masih harus merogoh kocek untuk upah panggul dan upah ojek untuk mengeluarkan hasil panen mereka. Tarifnya berkisar 350 rupiah per kilo atau sekitar 25.000 per karung.

"Tidak ada akses jalan lain bagi warga Rawa Kalong untuk membawa hasil bumi. Cuma akses pakai rakit ini untuk menyeberangi Sungai Way Semaka," jelasnya.

Meskipun sudah terbiasa menggunakan rakit dan merasa aman, warga tetap berharap kelak pemerintah bisa membangun jembatan pada titik penyeberangan ini. Selain menjamin keamanan, jembatan bakal ikut memangkas upah ongkos angkut dan menghilangkan biaya lain yang selama ini timbul dari operasional rakit.

"Selain melayani petani Srimulio, rakit ini juga mengangkut penumpang umum dengan tarif dua ribu rupiah per orang dan lima ribu rupiah untuk motor," beber Rosmawati.

Hamparan sawah Rawa Kalong membentang seluas ribuan hektar, namun baru sekitar 800 hektar yang telah produktif. Luas hamparan sawah Rawa Kalong masuk dalam wilayah administrasi empat desa di Kecamatan Bandar Negeri Suoh. Total ada 10 titik penyeberangan rakit di Rawa Kalong.

10 rakit yang ada merupakan urat nadi ekonomi warga. Sebab, skala produksi padi di sini cukup besar. Setiap musim panen tiba, sedikitnya 4.000 ton padi keluar dari Rawa Kalong. Jika rata-rata sawah di sini bisa dua kali tanam dalam setahun, maka produksinya bisa mencapai 8.000 ton dalam setahun.(*)

Samsudin: Sosok Pj Gubernur Lampung yang Berpengalaman di Bidang Kepemudaan dan Olahraga