Keistimewaan Bulan Zulqa’dah: Bulan Damai, Bulan Persiapan Diri Menyambut Ibadah

Keistimewaan Bulan Zulqa’dah
Keistimewaan Bulan Zulqa’dah
Sumber :
  • Istimewa

Bandar Lampung, Lampung – Zulqa’dah adalah bulan kesebelas dalam kalender Hijriah yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam ajaran Islam

 

Termasuk dalam deretan empat bulan haram bersama Rajab, Zulhijah, dan Muharram, Zulqa’dah hadir sebagai waktu yang dipenuhi nilai-nilai kedamaian, penghormatan, dan pengendalian diri.

 

Nama “Zulqa’dah” berasal dari bahasa Arab “Dzul Qa’dah”, yang secara harfiah berarti “pemilik gencatan senjata” atau “waktu duduk diam.” Sebutan ini merujuk pada tradisi bangsa Arab pra-Islam yang menghentikan seluruh bentuk peperangan selama bulan ini. 

 

Tradisi itu kemudian dilestarikan dalam Islam sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai ketenteraman, dan sekaligus menjadi masa persiapan untuk menyambut ibadah haji.

 

Bagian dari Asyhur al-Hajj

Zulqa’dah, bersama dengan bulan Syawal dan sepuluh hari pertama Zulhijah, termasuk dalam asyhur al-hajj — bulan-bulan yang dimuliakan sebagai masa pelaksanaan dan persiapan ibadah haji. 

Bulan ini, bersama Syawal dan sebagian Zulhijah, termasuk dalam asyhur al-hajj (bulan-bulan haji), sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

 

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan tertentu, barang siapa yang memantapkan niatnya dalam bulan itu akan (untuk) mengerjakan haji, maka tidak boleh berkata kotor, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan pada saat mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197).

 

Menurut tafsir Ibnu Katsir, asyhur al-ma’lumat merujuk pada bulan Syawal, Zulqa’dah, dan sepuluh hari pertama Zulhijah. Dalam periode ini, umat Islam mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji.

 

Larangan terhadap rafats (perkataan kotor), fusuq (perbuatan dosa), dan jidal (perselisihan) menegaskan bahwa haji bukan sekadar ritual fisik, melainkan juga perjalanan batin untuk mendekat kepada Allah dengan penuh ketakwaan.

 

Zulqa’dah dan Praktik Rasulullah SAW

Keistimewaan Zulqa’dah tidak hanya terletak pada statusnya sebagai bulan haram dan bagian dari asyhur al-hajj, tetapi juga pada praktik Rasulullah SAW. 

 

Ibnu Rajab dalam Latha’if al-Ma’arif menyebutkan bahwa Rasulullah sering melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji, termasuk Zulqa’dah, selain umrah yang digabungkan dengan haji (haji qiran).

 

Menurut Ibnu Qayyim, umrah yang dilakukan pada bulan-bulan ini memiliki nilai setara dengan haji. Hal ini menunjukkan betapa mulianya waktu-waktu tersebut. 

 

Hikmah ini mengajarkan bahwa setiap ibadah yang dilakukan dengan niat tulus di waktu yang istimewa akan mendapat keutamaan berlipat di sisi Allah.

 

Momen Historis: Wahyu untuk Nabi Musa AS

Zulqa’dah juga memiliki posisi khusus dalam sejarah kenabian. Dalam Surah Al-A’raf ayat 142, Allah menyebutkan janji-Nya kepada Nabi Musa AS untuk menerima wahyu selama empat puluh malam yang terjadi pada bulan ini. Allah berfirman:

 

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), sehingga cukuplah perjanjian Tuhan itu empat puluh malam…” (QS. Al-A’raf: 142)

 

Tiga puluh malam tersebut jatuh pada bulan Zulqa’dah, sementara sepuluh malam tambahannya berada pada awal Zulhijah. Peristiwa ini menegaskan bahwa Zulqa’dah adalah waktu yang dipilih Allah untuk mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya melalui ibadah dan muhasabah.

 

Zulqa’dah mengajak kita untuk merenungi makna kesucian dan kedamaian. Sebagai bulan haram, ia mengingatkan kita untuk menjaga diri dari dosa dan konflik. Sebagai bagian dari asyhur al-hajj, ia menjadi momen untuk mempersiapkan jiwa menyambut ibadah haji atau umrah dengan penuh keikhlasan.

 

Dan sebagai waktu yang dipilih untuk peristiwa kenabian, Zulqa’dah mengajarkan bahwa setiap detiknya adalah kesempatan untuk mendekat kepada Allah. Marilah kita jadikan bulan ini sebagai ladang untuk menanam kebaikan, memanen takwa, dan meraih ridha Ilahi.(*)

 

Sumber : https://muhammadiyah.or.id/2025/05/termasuk-bulan-haram-berikut-keistimewaan-bulan-zulqadah/