Perjalanan Karier Meutya Hafid, dari Jurnalis Hingga Jadi Menkomdigi Pilihan Presiden Prabowo

Muetya Hafid Menkomdigi bersama Presiden Prabowo.
Sumber :
  • Istimewa

Bandar Lampung, Lampung – Meutya Hafid telah menjalani perjalanan karier yang mengesankan, mulai dari jurnalis hingga menjadi Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) dalam kabinet Merah Putih, pada Senin (21/10/2024).

 

Pelantikan ini menandai masuknya Meutya ke dalam pemerintahan Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk periode 2024-2029.

 

Mewakili suara perempuan di ranah politik, Meutya diharapkan dapat membawa inovasi dan kebijakan yang mendukung perkembangan teknologi dan komunikasi di Indonesia. 

 

Karirnya di dunia jurnalisme dimulai dengan liputan-liputan penting di daerah konflik, yang mengantarkannya meraih berbagai penghargaan. 

 

Dengan latar belakang sebagai jurnalis, Perempuan kelahiran Bandung tahun 1978 itu kemudian berkiprah selama tiga periode di DPR RI, dan dikenal dekat dengan isu-isu komunikasi.

 

Ia mengawali karirnya sebagai jurnalis televisi yang akhirnya terjun ke dunia perpolitikan melalui Partai Golongan Karya (Golkar). 

 

Saat di dunia jurnalis, ia tak tanggung-tanggung. Meutya mendapatkan sejumlah prestasi dan dedikasi, terutama pada liputan daerah konflik.

 

Ia meliput Darurat Militer Aceh (2003), Tsunami Aceh dan perjanjian damai Aceh (2005), Pemilu Irak (2005), Kudeta Militer Thailand dan konflik Thailand Selatan (2006), serta liputan Palestina (2007).

 

Saat liputan Pemilu di Irak 2005. Meutya bersama Budiyanto (kameramen Metro TV kala itu, kini Pemimpin Redaksi Metro TV) disandera selama 7 hari oleh Pasukan Mujahidin Irak. Peristiwa itu dituliskan dalam bukunya “168 jam dalam Sandera”. 

 

Meutya akhirnya diganjar Elizabeth o' Neill Journalism Award (2007) dan sejumlah penghargaan lain di dunia jurnalistik. 

 

Ia dianugerahi Kartu Pers Nomor Satu atau Press Card Number One (PCNO), penghargaan kepada wartawan profesional dengan kompetensi dan integritas. 

 

Selanjutnya, Meutya bergabung dengan Partai Golkar pada 2009 dan masuk ke Senayan pada 2010. 

 

Jatuh bangun di dunia perpolitikan Meutya rasakan bersama Partai Golkar. Saat awal bergabung dengan Partai Golkar, Meutya Hafid maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari daerah Pemilihan Sumatera Utara 1.

 

Kemudian, ia terpilih dan mengawali kiprah sebagai anggota DPR di Komisi XI bidang keuangan dan perbankan. Meutya ikut dalam sejumlah gebrakan, antara lain soal Merpati Air dan kasus Citibank.

 

Saat dipindah ke Komisi I DPR, bidang luar negeri, pertahanan, komunikasi dan informatika, serta intelijen, pada 2012, Meutya mengunjungi Gaza untuk memberikan bantuan secara langsung kepada rakyat Gaza, dan bertemu pimpinan Hamas dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.   

 

Pada 2014, Meutya menjadi Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR. Kemudian, ia juga pernah didapuk asbagai Wakil Ketua Komisi 1 DPR. 

 

Pada periode ini, ia menginisiasi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), serta program sertifikasi wartawan.

 

Pada 2019, Meutya adalah perempuan pertama yang menjadi Ketua Komisi 1 DPR RI. Ia menyelesaikan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi, dan juga berperan pada perubahan UU ITE  untuk perlindungan anak di ranah digital.

 

Selama memimpin sebagai Ketua Komisi I DPR RI pada 2019-2024, ia menghasilkan sebanyak 13 Undang-Undang. 

 

Meutya menyelesaikan S1 bidang Manufacturing Engineering dari Universitas New South Wales, Australia, dan S2 Ilmu Politik (cumlaude) dari Universitas Indonesia.(*)