Fitria Khasanah Raih Penghargaan Rekor Developer Game Edukasi Termuda dan Terbanyak

Fitria Khasanah raih penghargaan rekor developer game edukasi.
Sumber :
  • Istimewa

Bandar Lampung, LampungFitria Khasanah, siswi lulusan SDN 2 Sukabumi Bandar Lampung yang saat ini melanjutkan belajar di SMP Gajah Mada, mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia dan Dunia (LEPRID).

Penghargaan ini diberikan atas prestasinya sebagai developer game edukasi usia termuda dengan karya terbanyak.

Fitria tidak hanya jago membuat game, tetapi juga pandai menari adat tradisional nusantara dan olahraga sepatu roda. Bahkan, dia beberapa kali meraih juara 1 dalam event kategori usianya.

Kemampuan Fitria dalam membuat game terlihat dari puluhan game online yang dapat diakses melalui Roblox dan 5 game edukasi offline yang telah dia buat.

Beberapa game offline buatannya yang sudah dirilis di Playstore Android antara lain "Jelajah Lampung Berjaya", "Lorong Toleransi", "Dasyatnya Pancasila", "Petualangan Mencari Tuhan", dan "Rahasia Bangkitnya Nusantara".

Game offline buatan Fitria juga dapat diinstal dan dimainkan di komputer atau laptop.

Menurut Ketua Umum dan Pendiri LEPRID, Paulus Pangka, Fitria layak mendapatkan penghargaan ini karena prestasinya dalam membuat game edukasi online dan offline terbanyak di usia yang terbilang muda.

Jarang ada anak seusia Fitria yang mau terjun ke dunia developer game. LEPRID mengapresiasi prestasinya dengan memberikan sertifikat penghargaan.

Paulus berharap penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi anak-anak Indonesia untuk terus belajar dan berprestasi, membanggakan orang tua, sekolah, dan bangsa Indonesia.

Fitria mengaku senang dan bersyukur atas penghargaan ini. Dia tidak menyangka akan mendapatkan apresiasi yang tinggi ini karena masih dalam tahap belajar.

Fitria sudah menyukai game online sejak kecil. Dia sudah mulai bermain game Mobile Legends sejak awal kemunculannya, meskipun awalnya dilarang oleh orang tua. Namun, karena dia bisa membagi waktu, orang tuanya akhirnya memperbolehkannya.

Hobi bermain game Fitria justru akhirnya didukung oleh orang tuanya dengan mengikutkannya dalam berbagai kursus desain 3D, developer game online, dan offline.

Sejak kelas 5 SD, Fitria sudah mengikuti berbagai kursus seperti desain 3D menggunakan aplikasi Blender dan developer game online Roblox Studio. Setelah itu, dia naik level dengan belajar menggunakan Construct dan Unity Engine.

Fitria mengatakan bahwa kunci utama dalam pembuatan game adalah aplikasi Blender. Hasil desain 3D di Blender dapat digunakan di Roblox dan Unity Engine. Selain kursus, Fitria juga memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar desain dan membuat game sambil menonton tutorial di YouTube untuk mengasah kemampuannya dan melatih jari-jarinya agar lancar mengetik di laptop.

Meskipun banyak waktu yang dihabiskan untuk fokus pada pembuatan game, Fitria tetap memprioritaskan belajar di sekolah. Baginya, asalkan bisa membagi waktu, semua akan berjalan lancar.

Kisah Fitria menunjukkan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan dukungan orang tua, anak-anak dapat mencapai prestasi yang luar biasa, bahkan di usia muda.

Penghargaan yang diraih Fitria diharapkan dapat menginspirasi anak-anak lain untuk mengejar mimpi mereka dan tidak takut untuk berkarya.

Gagal Tawuran Hingga Kejar-kejaran dengan Polisi, Tujuh Remaja Dibekuk di Bandar Lampung