Jelang Idul Adha Pemkot Bandar Lampung Antisipasi Penyakit LSD

Antisipasi Penyakit LSD Jelang Idul Adha
Sumber :
  • Istimewa

Bandar Lampung, Lampung – Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas Pertanian (Distan) Bandar Lampung melakukan antisipasi terhadap pencegahan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol kepada hewan ternak sapi dan kerbau di kota setempat menjelang Hari Raya Idul Adha 2023.

2 Orang Ditetapkan Tersangka Dalam Peristiwa Bentrok Kelompok di Teluk Betung Selatan

Kepala Dinas Pertanian Kota Bandar Lampung, Agustini menyebut hingga kini tidak ditemukan adanya penyakit LSD terhadap hewan ternak di wilayahnya.

“Alhamdullillah sampai hari ini tidak ada di Bandar Lampung, (kalau ada) kita langsung koordinasi dengan karantina maupun dengan provinsi,” kata Agustini melalui sambungan telepon, Kamis, 11 Mei 2023.

Jual Miras saat Acara Jambore Klub Motor di Lampung, 3 Pria Diamankan Polisi

Mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut, pihaknya secara rutin memberi perhatian kesehatan khusus bagi hewan ternak.

“Bandar Lampung itu populasi sapinya berkisaran tiga ribuan, sebelumnya sudah ada pengantisipasian rutin penyakit LSD dengan melakukan penyemprotan, kasih vitamin, penyuluhan masal sudah kita lakukan semua itu dengan pihak-pihak terkait,” lanjutnya.

14 Orang Diamankan Buntut Tewasnya Pelajar Akibat Bentrok Kelompok di Bandar Lampung

Agustini menjelaskan bahwa sapi impor menjadi salah satu faktor penyebaran penyakit LSD terhadap hewan ternak.

“Keluar-masuknya sapi itu jadi salah satu pengaruh penyebaran LSD dan ketat kita antisipasi serta waspada,” ujarnya.

Untuk itu, Ia mengimbau kepada para penjual hewan ternak untuk tidak mengambil sapi dari luar daerah yang tercantum dalam wilayah penyebar penyakit LSD.

“Penjual-penjual sapi juga kita sudah memberitahu untuk tidak memasukan sapi impor dari sumber wilayah berbahaya,” tuturnya.

Sebagai informasi, penyakit LSD merupakan penyakit kulit berbenjol yang menular pada sapi dan kerbau disebabkan oleh Lumpy skin disease virus.

Penyakit ini ditandai dengan adanya nodul-nodul yang keras pada kulit di hampir seluruh bagian tubuh hewan.

Penularan penyakit itu dapat terjadi secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen, dan susu pada ternak.

Selain itu, penularan juga bisa terjadi secara intra-uterine atau melalui peralatan serta perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD, seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.

Sejarah LSD pertama kali ditemukan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa, dan Asia.

Pada tahun 2019, LSD dilaporkan di China dan India, serta setahun setelahnya menyebar di Nepal, Myanmar, dan Vietnam.

Pada tahun 2021, LSD juga dilaporkan di Thailand, Kamboja, serta Malaysia. Setahun kemudian, penyakit ini menyebar ke Indonesia.