Ponpes di Lampung Pakai Teknologi IoT Untuk Budi Daya Maggot

Group Head XL Axiata West Region, Desy Sari Dewi tengah
Sumber :
  • Foto Dokumentasi Riduan

LampungTeknologi digital kini semakin merambah sektor-sektor tradisional, termasuk pondok pesantren (Ponpes). 

 

PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) membuktikan bahwa Internet of Things (IoT) dapat menjadi jembatan untuk memberdayakan ekonomi pesantren. 

 

Dalam langkah konkret program Pesantren Digital, XL Axiata menerapkan solusi IoT untuk budidaya maggot di Pondok Pesantren Salafiyah Darussa’adah, Lampung Tengah. 

 

Program yang dihadiri oleh Group Head XL Axiata West Region, Desy Sari Dewi, dan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Darussa’adah, KH. Hisyamudin, pada Selasa (15/10/2024). 

 

Teknologi IoT: Kunci Efisiensi dan Produktivitas Pesantren

 

Melalui program ini, XL Axiata menghadirkan inovasi yang tak hanya mendukung pendidikan, tetapi juga mengoptimalkan pemberdayaan ekonomi. 

 

Salah satu inovasi terbarunya adalah IoT X-Maggot, solusi digital yang dikembangkan untuk memantau dan mengendalikan lingkungan budidaya maggot. 

 

Maggot, atau larva dari Black Soldier Fly (BSF), menjadi komoditas yang semakin berharga dalam dunia peternakan sebagai pakan alternatif yang ekonomis.

 

“Melalui IoT X-Maggot, kami mampu memberikan solusi pemberdayaan ekonomi yang tepat guna bagi pesantren, dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan menekan biaya operasional,” ujar Desy Sari Dewi. 

 

Teknologi ini memungkinkan pemantauan suhu dan kelembaban secara otomatis di peternakan maggot, sekaligus menjadi sumber data yang dapat dianalisis menggunakan big data dan kecerdasan buatan (AI).

 

Dengan penerapan teknologi ini, pesantren tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mampu mengelola usaha secara lebih efektif. 

 

Data yang dikumpulkan dapat dimanfaatkan untuk membuat perencanaan yang lebih baik, sehingga budidaya maggot menjadi lebih berkelanjutan dan efisien.

 

Kolaborasi Teknologi dan Pendidikan Pesantren

 

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Darussa’adah, KH. Hisyamudin, menegaskan bahwa program ini memberikan kesempatan besar bagi pesantren untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. 

 

“Kami sangat antusias memanfaatkan teknologi ini untuk memberdayakan santri dan meningkatkan keterampilan mereka di bidang digital. Ini bukan hanya tentang budidaya maggot, tapi juga tentang bagaimana pesantren bisa berperan lebih dalam ekosistem ekonomi berbasis teknologi,” ungkapnya.

 

Selain budidaya maggot, program Pesantren Digital yang diusung XL Axiata juga mencakup pelatihan keterampilan digital bagi santri, seperti pelatihan content creator, desain website, pemanfaatan IoT, hingga keamanan siber. 

 

XL Axiata berharap program ini dapat mencetak generasi santri yang tak hanya religius, tetapi juga melek teknologi dan siap menghadapi tantangan era digital.

 

Pesantren Digital sebagai Gerakan Nasional

 

Program Pesantren Digital di Lampung Tengah ini merupakan bagian dari inisiatif nasional yang telah berjalan di berbagai wilayah Indonesia, seperti Depok, Malang, dan Tasikmalaya. 

 

Melalui laboratorium IoT XCamp, XL Axiata terus mengembangkan produk-produk IoT yang dapat diimplementasikan untuk mendukung ekonomi pesantren. 

 

Selain itu, XL Axiata juga memberikan akses internet gratis bagi pesantren melalui program Gerakan Donasi Kuota.

 

“Melalui program ini, kami ingin pesantren di seluruh Indonesia bisa menjadi pusat inovasi dan pemberdayaan masyarakat berbasis teknologi,” tambah Desy Sari Dewi. 

 

Dengan dukungan karyawan yang turut menyumbangkan zakat melalui Majelis Taklim XL Axiata, program ini juga mencakup bantuan sosial bagi santri di Pondok Pesantren Salafiyah Darussa’adah.

 

Pesantren dan Masa Depan Ekonomi Berbasis IoT

 

Kolaborasi antara pesantren dan teknologi digital bukan lagi sebuah hal yang mustahil. Dengan teknologi IoT, pesantren tidak hanya berperan dalam mendidik generasi muda tetapi juga dapat menjadi pusat inovasi ekonomi. 

 

XL Axiata, melalui program Pesantren Digital, telah membuktikan bahwa teknologi dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan masyarakat, terutama dalam mengelola usaha mikro seperti budidaya maggot. (*)